Father and Son

Gambar di samping mungkin tampak tak begitu jelas bagi anda. Sehingga kalau boleh saya menjelaskan, bahwa gambar disamping adalah sebuah foto yang saya ambil pada hari Selasa, 17 Juni 2008. Foto tersebut merupakan foto dari seorang bapak yang tengah menuntun sepeda yang dinaiki oleh anaknya. Sedang diatas sepeda, sang anak pun terlihat tengah mendekapi tumpukan kardus. Sebenarnya saya juga tidak puas dengan gambar yang saya ambil itu. Karena ketika itu malam hari dan saya sedang berada di atas becak. Susah juga ternyata mengambil pose realita kehidupan daripada mengambil pose orang yang narsis ingin difoto.Tentang foto ayah dan anak itu. Saya pertama melihatnya ketika berada di angkot. Saya tertarik melihat perjuangan ayah yang menuntun sepeda, anak, dan kardus yang didapatnya dengan berjalan kaki. Dan sepertinya jarak yang harus ditempuh menuju rumahnya cukup jauh. Karena buktinya saya melihat mereka sejak saya sedang berada di angkot, turun dari angkot, dan ketika naik becak. Saya terharu. Semoga perjuangan mereka berbuah keberkahan dan tidak sia-sia. Betapa indah apa-apa yang diraih dengan perjuangan. Betapa terkesan dan tidak terlupakan.

DILARANG..! DUDUK DI TANGGA

Akhirnya saya menemukan pose menarik juga. Campur aduk perasaan saya ketika melihatnya; antara geli, miris, gemas dan prihatin. Lihat gambar ini, ada dua orang wanita duduk di tangga sedang di tembok tangga tersebut terdapat tulisan DILARANG..! DUDUK DI TANGGA.
Apakah mereka tidak melihat, atau mungkin melihat namun diabaikan. Entahlah. Hal ini mengingatkan saya akan sifat orang Indonesia yang sulit menaati tata tertib (termasuk saya). Lihat dan perhatikan saja di sekeliling kita, cukup banyak hal-hal sepele namun penting yang dilanggar oleh masyarakat kita. Contoh kecil, BUANG SAMPAH TIDAK PADA TEMPATNYA, MENYEBRANG TIDAK DI JEMBATAN PENYEBRANGAN, dsb.

Saya bertanya-tanya, mengapa sifat masyarakat kita bisa sebegininya? Jelas saja tidak ada kemajuan pada bangsa ini. Karena disuruh patuh saja tidak mau. Sistem yang sudah salah diperburuk dengan tingkah laku yang tidak tepat dan ketidaksadaran untuk berbuat baik dan memperbaiki dengan hal-hal kecil. Kalau kata Aa Gym, mulai dari hal kecil dan mulai dari diri sendiri. Nah, sepertinya itu yang kurang disadari oleh bangsa kita. Maunya langsung bagus—langsung besar, tanpa melalui proses. Padahal inti dari segala kemajuan—kesuksesan—kejayaan berawal dari usaha dan proses yang benar.

Dan mungkin juga masyarakat kita lebih suka NATO –not action talk only—. Dimana-mana berdebat ini itu, mengurusi internal, berpikir sempit, mengurusi golongan sendiri dan kepentingan pribadi. Kita sering lupa dengan contoh Rasulullah SAW yang melakukan perubahan dan gebrakan maju dalam masyarakatnya dengan cara memulai apa-apa yang baik dari diri sendiri. Sehingga hal tsb secara tidak langsung diperhatikan orang lain dan diikuti dan berbuah kebajikan. Jadi tidak NATO.

Begitulah. Kesadaran akan berbuat baik demi kemajuan bersama itu penting bagi kesehatan pribadi dan kesehatan orang banyak. Semoga kesadaran makin beranak pinak dan menular ke hati-hati masyarakat Indonesia dan mancanegara. Amin.