Kereta Api Terakhir

Satu lagi film Indonesia berhasil membuat saya takjub. Ya, sama seperti judul ulasan saya saat ini, judul film tersebut adalah Kereta Api Terakhir. Film yang diproduksi pada tahun 1981 ini adalah film yang bertemakan romansa perjuangan berdasarkan novel karya Pandir Kelana dengan judul yang sama. Mengisahkan tentang seorang tentara bernama Firman yang mendapat tugas untuk mengamankan kereta-kereta dari Purwokerto menuju Yogyakarta. Ketika itu negara sedang dalam kondisi pasca kemerdekaan (1945-1950) yang masih labil. Belanda yang belum rela Indonesia merdeka, terus menggempur dan ingin menguasai beberapa kota penting di Indonesia. Salah satu yang menjadi incaran Belanda adalah jalur perkereta-apian yang melintas di pulau Jawa. Masa itu Kereta Api adalah transportasi yang sangat penting dan menjadi pilihan utama untuk pergerakan masyarakat dari satu daerah ke daerah yang lain. Maka, jika jalur-jalur kereta diberangus, akan terjadi kelumpuhan secara sigfinikan di Indonesia kala itu.

Tugas Letnan Firman (Pupung Harris), Letnan Sudadi (Rizawan Gayo) dan Sersan Tobing (Gito Rollies) adalah tidak hanya mengawal kereta-kereta dari Purwokerto hingga Yogya. Mereka juga harus mengawal para penumpang yang mengungsi menuju Yogya. Ada isu bahwa Belanda akan menyerang kota mereka sehingga pengungsian pun dirasa sangat perlu dilakukan, terutama bagi masyarakat yang mudah termakan isu. Letnan Sudadi berangkat bersama kereta pertama, sementara Letnan Firman dan Sersan Tobing mengawal kereta terakhir. Di kereta terakhir ini tidak hanya ditumpangi oleh para pengungsi namun juga ada berkas-berkas penting negara yang harus diamankan di ibu kota. Banyak halangan selama perjalanan. Ternyata mengawal kereta tidak semudah yang dibayangkan apalagi dengan musuh yang selalu mengintai. Berkali-kali kereta dihujani peledak dan peluru dan bahkan ada gerbong yang sempat terbakar. Dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi itu, maka banyak pejuang, pegawai kereta api dan masyarakat yang gugur.

Kisah heroik tidak hanya mewarnai film yang disutradarai oleh Moechtar Soemodimedjo ini, namun juga kisah cinta. Karena pada dasarnya film ini memang termasuk jenis film romansa. Sepanjang perjalanan menuju Yogya, Letnan Firman bertemu dengan Retno, perempuan yang disangka sebagai adik dari Kapten Pujo (Doddy Sukma) yang ditemuinya beberapa jam sebelum keberangkatan. Namun ternyata ia salah, Retno yang ditemuinya adalah Retno yang berbeda meski berparas sama. Di akhir cerita ia pun mengetahui jika Retno adalah kembar. Dan disini ia sempat mengalami dilema, Retno mana yang harus ia pilih.

Film yang diproduksi PPFN (Pusat Produksi Film Negara) bekerjasama dengan PJKA (kini PT KAI) ini digarap dengan cukup apik. Para analis film mengatakan, bisa jadi bahwa Kereta Api Terakhir adalah film road movie pertama yang dibuat oleh Indonesia. Meski romansa yang dijadikan kisah utama, namun tidak menghilangkan esensi perjuangannya. Campur aduk rasanya menonton film jadul ini; perasaan nasionalis, haru biru akan perjuangan para tentara serta pegawai kereta api, juga tersipu-sipu akan dialog rayuan dan tak lupa sisi humor yang disajikan pun membuat saya terpingkal-pingkal. Film ini termasuk film Indonesia yang digarap dengan serius dan hasilnya pun sangat cool, dan walaupun sudah berumur 30 tahun, film ini tetap cool!

Ada yang sempat mengusulkan agar film Kereta Api Terakhir ini di-remake. Usulan yang bagus, namun apakah film yang di-remake akan sebagus film yang sudah pernah dibuat? Jawabannya ‘iya’ jika digarap dengan sangat serius. Demi kebangkitan film nasional! Dan yang saya cari kini adalah Novel Kereta Api Terakhir yang ditulis oleh Pandir Kelana, seorang pelaku kemerdekaan yang pensiun dengan pangkat Mayor Jenderal dengan nama asli RM Slamet Danusudirjo. Saya jadi terkagum-kagum dengan sosok beliau. Karena kabarnya beliau pernah menjabat sebagai Rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Bayangkan kawan, seorang tentara menjabat sebagai rektor di kampus kesenian. Keren kan?! Maka saya pun ingin membaca langsung karya-karya (novel) beliau yang kebanyakan menuliskan kisah dengan latar belakang sebelum penjajahan, penjajahan, dan pasca kemerdekaan. Ada yang punya?

PS. Ulasan tentang film Kereta Api Terakhir ini juga ditulis oleh seorang sahabat di blognya.

47 thoughts on “Kereta Api Terakhir

  1. wah, filmnya ada di Youtube ya mba Dhila?
    jadi pengen nonton.
    dan jg kayaknya aku baru denger film ini, gak gaul bgt ya aku..hehe
    ntar buffer dulu ah.

  2. barusan baru aja mampir di tempatnya mas arifn baca tentang film ini..
    jadi makin penasaran..
    dan err,, baru nyadar kalau gravatar kalian mirip ya.. yang satu mau makan pasta, yang satu mau minum es jeruk ya?

  3. Nontonnya via youtube ya…
    Apa ada versi kaset videonya gak ya… Film-film lama kayak gini ini bisa jadi angin segar untuk penghilang stress.. πŸ™‚

  4. org zaman dulu mmg multitalenta…

    sy kenal beberapa org jadul yg punya kelebihan aneh2…padahal kegiatan rutin mereka jauh dari keanehan itu

  5. Ya Pandir kelana memang penulis yang handal …
    bekas pejuang pula …

    Sungguh pribadi yang unik

    Mengenai usulan untuk di Re-Make … saya rasa bagus-bagus saja …
    mudah-mudahan ada yang melakukannya

    Salam saya Dhilla

  6. wow, thn 81, lum lahir hehehe. tp mo ke tkp ah nonton,dan kykna asyik juga usulan di remake, sekaligus supaya memotivasi perbaikan KAI πŸ˜€

  7. Wuah, mantaaap…. Tapi terus terang, saya baru kali ini denger nama Pandir Kelana *malu
    Maklum, nggak terlalu kenal dengan dunia seni dan sastra, hehe….

  8. :O Saya malah baru tahu kalau ada film ini… sebenarnya bukan pengikut film-film lawas, tapi saya lumayan suka film-film yang menceritakan mengenai kejuangan seperti ini. Jadi ingin nyari, kira-kira bisa dapat di mana ya mbak? πŸ™‚

  9. waduh.. saya aja baru lahir 7 tahun setelah film ini ada mba ha ha..
    klo liat film2 jaman dulu yang tentang perang pasti realistis banget

  10. wahhh…dari dulu saya selalu suka dengan film perjuangan…
    tapi film ini kayaknya belum pernah saya nonton deh…
    ahh…bagus tuh mba. filmnya…saya mau nonton versi lengkapnya dehhh…

  11. Eh, setelah saya lihat itu cuplikan video di youtube, kayaknya film ini patut diapresiasi. πŸ™‚
    Pengetahuan saya akan film Indonesia jadul bisa dibilang gak ada. 😦

  12. Hari ini aku nonton film tu dlm acara yg digarap oleh komunitas pencinta kereta api
    Formatnya lajar tantjep di stasiun jakarta kota
    Dan film itu memang top bgt!!
    Harusnya film2 indonesia yg diputer di bioskop kyk gini
    Angkat 5 jempol deh

  13. Saya menonton film ini di TV semasih SMP atau SMA, tahun 80 an. Dan saya sedih setelah membaca kalau semua pemeran film nya sudah pada Alharhum. Mudah2an mereka mendapat tempat yang layak disisi Nya. Gak tau knp sy suka film ini lebih dr film perjuangan yang lain, lebih natural mungkin jalan ceritanya..

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s