Laki-Laki Silahkan Duduk, Perempuan Silahkan Berdiri

Transportasi merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi masyarakat khususnya warga Jakarta. Meskipun bus atau angkutan umum yang dioperasikan sudah tua, usang, tak layak, namun warga tetap bergantung pada keberadaan transportasi. Ditambah lagi situasi bus yang selalu penuh dan jalanan yang macet sehingga membuat suasana semakin tak nyaman. Dan lagi-lagi warga tak punya banyak pilihan.

Seperti yang saya ungkapkan diatas, suasana dalam angkutan umum selalu tidak nyaman, apalagi jika kondisinya sedang dalam keadaan penuh dan berdesak-desakkan. Jika hal ini sudah terjadi maka para penumpang hanya bisa pasrah menunggu hingga sampai ke tempat tujuan. Tetapi biasanya, kalau sudah begini ada beberapa tipe penumpang yang dirugikan; perempuan, lansia, ibu hamil, anak-anak. Biasanya, para penumpang menjadi lebih egois untuk urusan angkutan umum. Kebanyakan mereka memikirkan dirinya sendiri, apakah saya dapat tempat duduk, nyamankan kursinya untuk saya, dsb. Mereka jarang berpikir untuk menyerahkan tempat duduknya jika datang penumpang yang termasuk dalam daftar dipersilahkan duduk. Dan ternyata kebanyakan yang egois ini adalah laki-laki. No offense ya, alias bukan maksud menyalahkan atau menuduh atau menyudutkan, namun fakta yang sering saya lihat seperti itu. Bisa lihat foto yang saya ambil di transjakarta tadi sore (23/6) dibawah ini:

P23-06-10_17-11Terlihat dalam gambar hampir semua yang duduk adalah laki-laki. Yang membuat saya sedih adalah kenapa tidak ada rasa simpati kepada orang lain yang seharusnya diprioritaskan untuk duduk. Baiklah jika memang tidak mau memberikan duduk kepada perempuan yang masih sehat, tidak mengapa. Tetapi bukankah perasaan simpati dan empati harus ada ketika Lansia, ibu hamil dan orang tua yang tengah menggendong anaknya membutuhkan tempat duduk? Mengapa tidak mau berdiri sejenak hingga sampai ke tujuan. Toh tidak ada ruginya hanya untuk rela lelah sebentar. Saya pernah melihat kejadian dimana sebuah bus sedang kondisi sangat penuh. Sementara ada seorang ibu yang kerepotan menggendong bayinya yang sedang menangis. Ibu tersebut berdiri di bagian belakang bus di tengah-tengah kepadatan penumpang. Saya yang duduk di bagian depan iba kenapa tidak ada yang mau memberi duduk, padahal jelas-jelas di dekatnya ada pemuda sehat yang sedang duduk enak. Ketika itu saya merasa sangat sedih. Ah, andai saja bus tidak benar-benar padat dan posisi duduk saya dekat dengan ibu itu, pasti akan saya beri.

Kalau melihat hal ini saya jadi bertanya-tanya, ada apa sih dengan laki-laki? Apakah ini suatu bentuk kesadaran tentang emansipasi wanita? Baiklah, mungkin bisa dijadikan alasan. Tapi kan tidak semua perempuan mengerti soal emansipasi. Bangsa Indonesia itu memiliki karakter tidak mudah mengungkapkan sesuatu secara langsung. Tidak seperti orang barat yang selalu bilang apa yang mereka mau. Jadi cobalah tawarkan tempat duduk bagi mereka yang masuk dalam daftar yang diharuskan duduk. Jangan hanya karena ingin merasakan tempat duduk saja, jadi timbul egoisnya.

59 thoughts on “Laki-Laki Silahkan Duduk, Perempuan Silahkan Berdiri

  1. nyebeliinn..hehe..soalnya aq prnah ngalamin nih dil,, naek bis saat lg krng fit n’ ga da satu pun laki2 yg mau mmpersilakan t4 duduknya buatqu pdhal kta tmnqu mukaqu pucet bgt n’ hmpir pingsan.. alhamdulillah akhirnya ada yg memberikan t4 duduknya buat aq.. dan dya seorng WANITA.

  2. Bener banget dil, aku juga tiap hari kondisinya seperti itu, org sudah tdk memiliki rasa empati lagi karna rasa individualis, walau ada tulisan, priority : ibu hamil, org tua , cacat & anak kecil fuih 😦

  3. banyak emang yg begitu, sptnya tunggu2an biar org lain aja yg kasih tempat duduk, anak mudapun nggak mau ngalah, padahal di rumah masih setumpuk kerjaan buat para ibu,
    pernah aku gondok banget, lagi hamil muda nggak ada satupun yg kasih duduk, emang sih perut belum gendut ….

  4. kadang cowo emg kyk g ada otak gitu…contoh lain misalnya cowo itu merokok di angkutan umum, disebelahnya ada nenek2 atau balita yg udah kelilipan matanya krn asap rokok…si cowo itu dengan tampang tak bersalah masih ajha melanjutkan menghisap rokoknya itu…yg anehnya klo kita larang “maaf pak rokoknya bisa dimatikan ?”…eh jawabnya malah gini “klo ga seneng naek aja angkot laen”
    uhhhh…pengen nonjok rasanya

  5. Justru foto di atas, para lelaki tidak duduk karena tidak ada lansia atau wanita menggendong anak. Saya malah heran dengan sticker di dalam TransJakarta khususnya wilayah Sudirman yang “utamakan wanita” (bukan lansia atau hamil). Kan emansipasi? (Pengecualian konsep etika dan akhlak)

    • biar dah lama mau komen, secara akhlak pun memberi duduk itu kepada yang lebih tua, anak kecil atau yang sakit, jadi jelas2 tidak ada kewajiban memberi tempat duduk kepada wanita yang sehat2 aja, apalagi kalau wanitanya lebih muda (kecuali anak kecil).

  6. selamat pagi.

    mungkin mereka udah mulai memudar jiwa2 PPKn nya.

    kalo di kota saya mah cuma ada angkot, palingan para penumpang2nya pada males untuk serkong (geser bokong), lebih suka di dekat pintu biar ntar turunnya lebih cepat.

    terima kasih dan mohon maaf 😮

  7. Maaf, tapi yg saya lihat di sana memang tidak ada lansia, ibu hamil, bawa anak kecil, atau orang cacat, jd menurut saya seharusnya tidak apa2. Lain halnya klo ada orang2 tersebut. yg namanya pria juga kan bukan superman, bisa sakit, cape, dll.

    • Biar dah lama boleh komen, perempuan JAUUUUHHHH lebih egois terutama setelah ada ruang khusus wanita, ternyata wanita muda jauh lebih sulit kasih duduk buat wanita hamil dan nenek, padahal mereka kan wanita juga, masa gak boleh ke ruang khusus wanita. Memalukan.

  8. Ngga semua ah,,mungkin aja kan, mereka udah memberikan hak duduknya pada penumpang yg sebelumnya masa ngalah terus 🙂
    salam kenal ya..

  9. hai dhila apa kabarnya, lama ndak berkunjung ke sini
    Saya naik kereta KRL selalu dalam keadaan penuh. Lihat-lihat dulu perempuan yang berdiri itu kayak apa, ibu-ibu hamil atau menyusui, orang tua saja yang akan saya persilakan duduk menempati tempat duduk saya 😀

  10. Hmm.. kok baca-baca postingan ini jadi ingat postingan salah satu teman bloger saya yang kerja di Jakarta mbak, dia cewek. Jadi dia menulis kalo awal-awal kerja di sana, sering ngasih tempat duduk ke orang lain.

    Eh, tapi dia juga cerita kalo setelah salah satu tindakan dia ngasih tempat duduk, dia ditanya : “Dari Jawa ya mbak ? Baru di Jakarta sini ?”. Ya dia jawab iya. Tapi setelah itu orang yang nanya itu ngasih tahu dia : ” Wajar kalo dari Jawa, awal-awal hidup di Jakarta gini masih sering ngasih tempat duduk orang”. Orang disini biasanya orang yang sudah kelihatan tua banget.

    Jadi waktu itu pas baca saya juga mikir : ” Ha ? masa’ hal yang biasa dilakukan sih tidak memberi tempat duduk ke orang lain ”

    Tapi setelah membaca postingan mbak dhila ini kok sepertinya ada benarnya ya mbak 😐

    Yah, semoga hal seperti itu bisa hilang dari pikiran masyarakat lah mbak 🙂

  11. Ping balik: Katanya Google Obral Page Rank « CITRO MADURA

  12. Tanpa menafikan tatakrama & bukan menuntut persamaan gender/emansipasi,
    Hak naik bus penumpang Laki-laki = Perempuan, siapa cepat dia dapat (duduk).
    Laki2 = perempuan perlu kenyamanan yang sama.
    Siapa salah? tak perlu dicari dan menyalahkan, saling mengikhlaskan saja…
    Salam damai.

  13. Hmm… Saya dulu adalah pengguna setia Bus Trans Jakarta Mbak,,,, Terutama untuk Jalur Mangga Dua, Senen, Harmoni, Blok M,,,,

    Seingat saya sudah ada sosialisasi tempelnya lowh Mbak mengenai tindakan yang mustinya mendahulukan orang difable, lansia, wanita hamil, anak-anak, seorang wanita sehat memang tidak disebutkan di sana, namun, tak jarang juga kok saya temui orang-orang laki-laki sehat yang mendahulukan ibu-ibu paruh baya untuk duduk, ketika beliau tidak memperoleh tempat duduk, dan yang mempersilahkan wanita cantik,muda, dan sehat yang sedang berdiri malah tak pernah saya temui, menurut analisis sederhana saya sich cuman satu, malu dengan sekitarnya he he he,,, Jadi sebenarnya, salah jika membiarkan wanita berdiri sebagai pemahaman emansipasi wanita, pengetahuan yang keblinger ini mbak menurut saya 😀

    But, I like this post,,, Biar tahu rasa tuwh Para Lelaki yang egois, sama wanita kok ga ngalah, maunya menang sendiri,,, Dan, efektifnya, mari kita sadarkan mereka untuk lebih menghargai wanita, dengan memberi tahu tentunya, bukan memarahi(bisa-bisa sifat egoisnya menjadi-jadi dech)

    Eh,, tak terasa, komen saya ini panjang juga ya,, 😀

    Salam semangat selalu Mbak Dilla,,, 🙂

    owh iya, saya berikan link gambar Busway yang saya potret saat itu juga kemudian lansung upload lewat HP he he http://jonaya270189.blogspot.com/2008/01/in-busway.html

    • Gak bisa gitulah Mas laki-laki juga berhak duduk, selama yang berdiri bukan ibu hamil, orang tua, membawa anak kecil dan orang cacat. Contoh masa dosen laki-laki harus kasih duduk untuk mahasisiwinya yang sehat pikir dong.

  14. hmmm..jadi rindu Jakarta, terutama Transjakarta….
    angkutan yang setia menemani saya keliling kota…:)
    kalo saya, dulu naik trans selalu lebih pagi dibawah jam 7 pagi biar ngirit ongkos…
    kosong atau penuh, tetep tempat favorit berdiri di pojok belakang…
    🙂

  15. gambar diatas mewakili hati saya, pernah liat soalnya yang persis sama tapi nenteng anak umur 4 tauanan dan para pria cuek bebek aja gak peduli… miris, saya sendiri berdiri pula

  16. berangkat kerja pagi jam 6 kurang biar ga kena macet.. pulang jam 5 sore jelas kena macet… Badan capek seharian banyak kerjaan, keringetan, lengket, tadi siang di marahin bos pula.. sumpah saya ketiduran beneran di bis. bukan pura2 ga tau ada ibu-ibu di depan saya berdiri…

  17. Pilihan yang sulit buat saya yang ‘cacat’ ini. Ketika berdiri mengajukan tempat duduk buat perempuan, mereka akan memandang sekilas, “Ga pa pa Mas, Mas duduk aja…” Duuh…. yang penting niat aja kali ya, biar kikuk juga hihihi…

    • Lho masa orang cacat suruh kasih duduk cuma karena laki-laki padahal yang berdiri masih muda, jangan mau didiskriminasi gender mas.

  18. Wah tersinggung nih….kl yang duduk wanita sehat trus yang berdiri laki2 tua renta gmn dong???hehe…..nice share mba…silaturahim balik ya

  19. Hmm… menyedihkan…
    Simpati bisa dari siapa saja baik dari laki2 ke perempuan atau sebaliknya, tapi tidak semua orang punya empati sebagaimana halnya juga tidak semua laki-laki seperti yang ada di bus tadi.

    Ada tawaran solusi?

    • Seharusnya kursi prioritas bis jadi solusi, sayangnya tidak dijalankan secara konsisten, mungkin ada penumpang (non prioritas) yang karena capek, sengaja naik dari ujung supaya bisa duduk, jadi dia bisa nempatin bangku yang bukan prioritas. Sayangnya kurang sosialisasi soal bangku prioritas. selain itu seharusnya siapa yg lagi sehat atau yang udah deket, bisa berinsisatif langsung memberi duduk saat ada penumpang prioritas, krn kita kan gak tau keadaan setiap orang.

  20. Bagaimana kalau begini… terlepas dari gendernya apa, ayo berlomba menjadi ksatria. Penumpang perempuan juga bisa berdiri menawarkan kursinya bagi lansia, ibu hamil, anak kecil, orang cacat tanpa perlu menunggu penumpang laki-laki menawarkannya. Yah, kalau sanggup secara fisik tentunya 🙂

  21. hahaha ya benar, ini fenomena yang juga saya sering lihat. Hm, seharusnya laki laki berdiri trus memberi wanita duduk. Mungkin banyak laki laki yang malu melakukannya ya, takut dikatain sok perhatian kale…hahaha

    • gak semua wanita kali, kalau laki-laki capek pulang kantor dan dah duduk, gak wajib kasih duduk cewek abis dari mal kali, laki-laki juga punya hak, kalau mas merasa gak punya hak, ya anda gak berhak paksa laki-laki lain.

  22. Ya saya juga kalo naik bis suka gondok sendiri..
    Tapi beberapa hari yang lalu saya baca kutipan kata Madonna
    “A lot of people are afraid to say what they want. That’s why they don’t get what they want.”

    Simpelnya mungkin kalo emang udah capee banget dan kesaal banget, tinggal colek bahu mas mas yang duduk. Bilang ‘Mas saya boleh duduk gak?’
    At least kalo gak dikasih dia bakal diplototin banyak orang kekekek. Tapi kemungkinan besar dikasih lah soalnya ‘ada yang minta’
    *Aku sih ga pernah nyoba, ya karena takut itu. Takut kecewa dan takut takut yang lainnya.

  23. Jangan anda semua menyalahkan kaum lelaki, semua itu hanyalah masalah Individual semata, banyak juga perempuan muda tega melihat kakek renta dengan tonkat berdiri di depannya. So, Prioritas duduk itu bukan buat perempuan secara khusus, tetapi :

    1. PENYANDANG CACAT (L/P)
    2. IBU HAMIL (P)
    3. PEMBAWA ANAK/BALITA (L/P)
    4. LANSIA (L/P)

  24. Setuju sama Fik itu Taufik, akhirnya ada juga komen yang masuk akal, gak mungkin kalau setiap perempuan dikasih duduk, jumlah mereka lebih banyak, apalagi kalau mereka satu geng en masih muda2, apalagi cuma abis senang2 di mal. Jangan melakukan diskriminasi gender, kalau tidak mau didiskriminasi. Udah cukup lama nih artikel tapi boleh komen kan. Btw saya laki-laki.

    • sebenernya yang paling nyiksa dari berdiri di angkutan umum sebagai wanita adalah pelecehan seksual.
      kalo masnya tega mah ya gapapa. kalo tega lho ya
      kalo masnya ngerasa terlalu lemah buat berdiri juga gapapa namanya juga manusia mas.
      saya juga kadang negrasa cukup kuat buat berdiri kok wkwkwkwk
      dont be so serious

      • soal pelecehan temen saya malah dua kali dilecehin pas duduk, Dosen saya (masih cantik) malah dilecehin sama cowok yg kasih dia duduk. Yg seharusnya yang dikecam itu cowok yg melakukan pelecehan, bukannya setiap cowok kena dampaknya.
        Soal duduk, saya memang punya darah rendah, tapi di luar itu, orang yg kuat berdiri bukan berarti gak boleh duduk kan (selama yang berdiri kuat berdiri juga). saya juga kalau dapet duduk pingin baca buku, karena sayang waktu terbuang di jalan (apalagi macet), daripada bengong, kalau duduk enak bisa baca buku. tapi kalau memang gak dapet duduk, atau memang ada ibu hamil berdiri ya lain persoalan.
        Oh iya skrg di transjakarta sama KRL (meski saya udah jarang naik) udah ada ruang khusus wanita, seharusnya itu cukup menolong kan utk masalah pelecehan.

  25. membaca tulisan ini, sy sbg laki2 jadi iseng ingin tanya:
    1. pengamatan yg anda lakukan dmn ya? sy koq malah lihat kebalikannya. sy pemgguna TJ dan KRL setiap hari. justru yg “buas” sama yg namanya tempat duduk adalah wanita.
    2. coba anda cek di gerbong atau area wanita, apa betul ada wanita yg mau kasih tempat duduk kpd orang2 dg kategori tadi?
    3. kenapa hanya proa yg anda anggap hrs berdiri? kenapa wanita muda yg sehat tidak perlu berdiri?

    akhirnya, maaf, sy rasa pengamatan anda kurang. ciba anda googling. banyak cerita justru cerita ttg keegoisan wanita thd aesamanya sendiri.

Tinggalkan komentar