Saya dan Si Cantik Clardia

P13-06-10_10-14 Baru beberapa meter bus kami meninggalkan vila, kami dikejutkan dengan salah satu pemberitahuan dari senior bahwa kami akan mampir ke Camp tempat barak TNI dan kavaleri berkuda berada. Bus pun berbelok ke tempat yang dimaksud dan berjalan dengan kecepatan normal menuju padang rumput penuh kuda yang sedang dilepas dan tempat permainan outbond, flying fox, paint ball dan jenis permainan alam lainnya berada. Sepanjang perjalanan, kami melewati barak-barak TNI AD dan melihat pemandangan berbukit-bukit yang sangat indah. Kami takjub. Saya bergumam kagum, penuh pesona. Baca lebih lanjut

Panen Brokoli

P13-06-10_07-12 Libur pekanan di Lembang, Bandung (12-13/6) membawa kesan tersendiri bagi saya. Meski sebenarnya tujuan utama di awal adalah Rapat Kerja (RAKER), namun tidak mengurangi esensi liburan. Hawa yang dingin dan udara yang bersih membuat otak saya kembali menghijau dengan ide-ide segar yang mulai membuncah. Paru-paru saya seakan ikut bergejolak merayakan kesegaran ini. Dengan rakus saya berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya sebelum kembali ke kota penuh racun polusi. Huff, saya benar-benar ingin tinggal di desa, kalau perlu hutan sekalian. Baca lebih lanjut

Allah swt, Pulsa, dan Komik Jepang: Resensi Tentang Kehidupan dan Penciptanya

puasakomik1

“Allah itu ada dimana-mana, bahkan di angka nol sekalipun. Karena nol pangkat nol sama dengan SATU. Eh, bener kan yah analisa matematikanya. Hehe” ~quote-nya Dila yang suka ga jelas.

 

 

Ah, lagi-lagi rasa ‘bungah’ itu datang ketika saya mendapat buku (objek) yang menjadi bahan bacaan baru bagi saya. Seperti tulisan pada paragraph pertama pada artikel saya yg berjudul Menyiapkan Momentum: Karena Kita adalah Bagian dari Momentum itu  (ulasan dari bukunya bang Rijalul Imam yang berjudul “Menyiapkan Momentum”) saya pun kali ini juga menulis tentang perasaan bungah ketika bertemu dengan buku dan ketika harus mengulasnya. Hmm… *senyum-senyum sendiri*

 

Buku yang ingin saya ulas kali ini ialah buku karya pak (atau saya panggil om aja nih) Tauhid Nur Azhar yang berjudul Allah Swt, Pulsa, dan Komik Jepang: Menelusuri Jejak Tauhid. Saya baru saja mendapat pinjaman buku ini dua hari yang lalu dari seorang teman yang sangat baik. Ketika itu saya dengan wajah memelas memintanya untuk meminjamkan buku kecil itu pada saya. Lalu dia bilang, “boleh, tapi seharinya….” Teman saya itu menggantungkan ucapannya. Saya pun keburu malas, karena biasanya nada-nada seperti itu alamat tidak memperbolehkan barangnya dipinjam orang lain. Tapi ternyata saya salah, dia mau meminjamkannya dengan tulus pada saya karena kebetulan ia sudah membaca. *asiikkk….!!* hati saya bersorak ramai. :ketawa:

 

Allah Swt, Pulsa, dan Komik Jepang merupakan judul yang cuku menarik dan bikin penasaran khususnya bagi para pembaca awam yang tidak tahu strategi marketing pemasaran buku (kayak Dila tau ajah deh). Pasalnya teman saya yang meminjamkan buku ini pada saya itu bilang, “Tapi judul-judul ini engga nyambung satu sama lain, Dil. Ceritanya terpisah semua. Kirain bakalan ada hubungannya satu sama lain. tapi keseluruhannya bagus kok.”. Saya hanya manggut kecil. Sebenarnya dari judulnya saya sudah tau jika ini pasti tentang penggalan-penggalan kisah sarat hikmah yang pada ujungnya selalu terkait dengan keesaan dan keberadaan Tuhan. Dan ternyata memang benar, kurang lebih isinya seperti yang saya duga.

 

Menelusuri Jejak Tauhid pun merupakan judul yang oke dan bermakna ganda yang keren menurut saya. kenapa? Ya, karena pertama, menelusuri jejak tauhid bisa diartikan menelusuri keberadaan Tuhan dan keesaan-Nya seperti yang telah saya kemukakan diatas. dan yang kedua, menelusuri jejak tauhid bisa diartikan menelusuri jejak atau cerita hidupnya si-Tauhid, sang pengarang buku ini. Nyambung kan? Menarik kan? Hebat yang bikin judul. Entah sengaja atau tidak mau buat sub judul seperti ini, tapi semuanya bermuara pada hal yang saling terkait yakni tentang cerita si-Tauhid dalam rangka mengenal Ketauhidan Tuhan.

 

Saya hanya butuh seharian membaca buku ini. Di tempat tidur kosan, di kantor tempat magang (sambil ngawas orang-orang yang lagi test TOEFL), di bus way dan di angkot yang alhamdulillah lampunya cukup terang menerangi saya membaca pada senja yang gelap. Sambil menahan guncangan jalan raya yang rusak (nakal betul Dila ini, udah tau minus dan silindernya gede betul, tapi masih aja suka baca di angkot. Kata guru fisika SMP itu justru bikin mata makin rusak), saya berusaha menahan air mata dan tawa saya ketika membaca kisahnya pak Tauhid. Mengharukan dan benar-benar membuat iri (aduh ngapain iri sih, manusia kan ditakdirkan memiliki rezeki masing-masing). Semua kisahnya saya suka. Namun ada satu artikel yang saya kurang mengerti, yakni yang mengenai ikan salmon. Atau saya yang bebel yah, hehe. Dan yang paling membuat saya terharu ialah tiga kisah terakhir yang tercatat di daftar isi. So sweet!

 

Hidup ini memang indah, terutama bagi mereka yang bisa memaknai dan mengambil hikmahnya. Dan hidup ini adalah sebuah satu paket perjalanan menyenangkan termasuk suka dan dukanya, juga pahit, getir, asam, asin hingga manisnya. Namun sayang, ternyata banyak yang tidak bisa mengambil hikmah dan mengambil sisi keindahan dari kehidupan yang dimilikinya. Sehingga yang ada hanyalah kesempitan dan kesempitan. Penuh sesak dan ditekan dengan makhluk yang bernama ‘stress’ sehingga bisa menimbulkan penyakit kanker. Ya ga pak Tauhid J ?

 

Ah, Cuma segini yang bisa saya ulas. Tidak sebagus Om Pepeng yang menulis kata pengantar buat bukunya pak Tauhid ini tentunya. Tapi saya senang bisa menuangkan apa yang saya rasakan ke dalam tulisan. Dan ini seperti biasanya, ya seperti biasanya. Saya selalu menulis tentang mereka yang saya kagumi (termasuk pak Tauhid. Semoga kapan2 bisa ketemu dan bisa wawancara seperti wawancara saya pada semua orang yang saya kagumi) seperti tukang sayur berwajah teduh, tukang Koran yang selalu ber-ikhtiar, atau kisah tentang adik saya yang buta sebelah, atau pula ketika saya bercengkrama dengan capung.

 

Semoga bermanfaat. J

 

 

Thx to:

~  Allah Swt

 

~ Buku Allah Swt, Pulsa, dan Komik Jepang: Menelusuri Jejak Tauhid yang diterbitkan pada Juni 2008 oleh Cicero Publishing (juga kepada penulisnya)

 

~  Nuryana Satiya, temanku yang baik, yang mau meminjamkan buku bagus ini padaku.

Berteman dengan Capung –proses tadabbur–

“Alam tak pernah berhenti membuatku kagum.” (tokoh Arnold dalam serial kartun “The Magic School Bus”)
Sebuah kekaguman tanpa batas ketika kita melihat alam. Maka luangkan waktu anda sejenak untuk mengamati dan mentadabburi pesan-pesan alam yang ada. Sudah seringkah anda lakukan?
“ … Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” (QS. Al-Mulk: 3-4)
Ketika itu sore hari di wilayah Serpong. Saya duduk di tepi danau bersama dua teman baik sambil memandang kedepan, melihat betapa indahnya nuansa alam. Kami bertiga duduk tidak hanya sekedar ngobrol, namun mengadakan pembicaraan tentang tahsin dan tilawah hingga akhirnya salah seorang dari kami mengajak untuk muroja’ah juz 30.

“Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hadiid: 1) 

Sungguh benar adanya bahwa seluruh makhluk yang ada di langit dan bumi memuji nama-Nya. Mereka senantiasa tunduk kepada sang pencipta. Setidaknya itulah yang saya tadabburi. Maka mengapa kita menolak untuk bersyukur? Padahal itu sudah menjadi kewajiban kita. Padahal segala sesuatu telah ditundukkan untuk manusia seperti kita. Malu-lah kita pada capung Army Dragonfly itu.
“Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah” (QS. Al-Infithaar: 6)

 

Begitulah proses tadabbur. Percuma sekali jika kita hanya mampu melihat dan membuat komentar asal. Tapi lihatlah dan amatilah dan renungkanlah dan ambillah hikmah dari segala sesuatu yang kita lihat-dengar-rasakan. Bumi ini sungguh dan begitu luas, maka lewatilah dan laluilah kemudian tadabburi segala nikmat dan cobaan-Nya. Bukankah Allah telah perintahkan kita untuk seperti itu?

“Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu.” (QS. Nuh: 19-20)

“Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr: 1)

“Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. As-Shoff: 1)

“Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Jumu’ah: 1)

“Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; hanya Allah lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Taghaabun: 1)

 

kami pun bersiap-siap memulai. Namun tiba-tiba seekor teman kecil dari alam menghampiri saya dan bertengger di kaos kuning panjang yang saya kenakan. Saya takjub, CAPUNG dengan jenis Army Dragonfly itu menghampiri saya. saya amati terus menerus sambil melafadzkan Al-Buruj. Agak lama capung hijau itu bertengger di kaos sebelum pindah ke tangan kiri saya. semakin takjub saya dibuatnya. Pelan-pelan saya mengangkat tangan kiri saya sambil terus pula menggerakkan kamera nganggur yang ada di tangan kanan saya untuk mengambil gambarnya. hebatnya capung itu tidak pergi, namun sepertinya sangat betah berada dekat dengan seorang Dila. Dia terus berada di sisi saya hingga menjelang adzan maghrib dimana ketika itu kami pun menyudahi agenda muroja’ah juz 30 kami. Ya Rabb, makhluk-Mu yang satu itu sungguh ramah padaku.

Padahal dulu ketika kecil, saya selalu menangkap capung-capung untuk dijadikan mainan. Bahkan sering juga saya patahkan sayapnya atau sengaja menindihnya dengan batu-batu koral. Namun hingga kini tidak ada balasan jahat dari capung-capung itu, malah seekor dari mereka menghampiri saya. Subhanallah! Kira-kira mengapa ya capung tersebut mau menghampiri saya dan terdiam cukup lama. Mungkinkah karena kami sedang muroja’ah sehingga ia datang dan ingin ikut mendengar? Umm, so sweet kalau begitu. Ternyata memang benar bahwa setiap makhluk yang diciptakan Allah SWT selalu bertasbih kepadanya. Ada sekitar 5 surat dalam Al-Qur’an juz 27 dan juz 28 yang menyatakan hal tersebut.

Sebuah Kisah Tentang Asy Syajaroh *

Seperti namanya, Asy Syajaroh merupakan sebuah pohon. Ia tumbuh dengan subur dengan keseluruhan tubuhnya yang seimbang. Batang yang kokoh, ranting yang tidak mudah patah, daun yang hijau dan buah yang segar dan manis. Sesuai dengan filosofinya, Asy Syajaroh memiliki dan memberi banyak manfaat bagi makhluk hidup di sekitarnya. Salah satunya ialah bagi An Nahl. Ya sekelompok lebah ini sangat nyaman membuat sarang di batang Asy Syajaroh yang kokoh. Mereka bekerja dan membuat madu dengan riang. Mereka selalu pergi menebar manfaat jika meninggalkan sarang. Bunga-bunga dan angin senang kepadanya. Karena meski dihisap sarinya, bunga-bunga tidak pernah merasa rugi. Sebab An Nahl selalu membantu penyerbukan. Dan manfaat yang diberikan itu berfungsi sebagai Al Fath atau pembuka bagi kebaikan lainnya. Makhluk hidup lainnya sangat terkesima dengan kebaikan dan manfaat Asy Syajaroh dan An Nahl ini. Kemudian akhirnya makhluk hidup lain pun tak mau kalah untuk berlomba dalam kebaikan. Mereka akhirnya menjadi satu kesatuan pasukan yang bernama Ash Shof. Ash Shof ialah barisan penebar kebaikan. Semoga kebaikan dan kekuatan yang dimiliki tim ini tidak pernah pudar.

Inti dari cerita ini ialah, segala kebaikan bermula dari satu bibit yang memang sudah dirawat dengan baik. Ingat, anak yang baik pasti merupakan hasil dari orang tua yang baik dan perawatan yang baik pula. Begitu juga pohon atau Asy Syajaroh ini. Semoga ia menjadi bibit atas Asy Syajaroh lainnya dan memberi perlindungan dan manfaat bagi makhluk hidup lainnya seperti An Nahl. Dan kebaikan dan manfaat itu pun menjadi Al Fath dalam mengajak kebaikan lainnya sehingga membentuk Ash Shof kebaikan.

Wallahu a’lam.

* Spesial untuk angkatan 2004 Asy Syajaroh