Mengajak Anak Berkreasi dengan Melukis T-Shirt: Salah Satu Mainan Kreatif Anak

Terkadang orang tua bingung bagaimana mengajak anak bermain tanpa harus ke luar rumah. Karena biasanya orang tua ingin menemani anak bermain tetapi ingin juga melakukan pekerjaan rumah yang harus mereka kerjakan. Sebenarnya banyak hal yang dapat dilakukan anak agar dapat bermain di dalam rumah tanpa membuat mereka merasa bosan. Sehingga orang tua pun bisa menyambi pekerjaannya sambil mengawasi anak bermain. Lalu, mainan apa yang bisa dilakukan oleh anak-anak di dalam rumah? Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mewarnai atau menggambar. Tapi hal itu sepertinya sudah cukup sering dilakukan anak, maka mungkin bisa sedikit dimodifikasi dengan mengajaknya membuat lukisan (mewarnai lukisan) pada t-shirt polos. Seperti yang dilakukan adik-adik dhila13 (Lu’lu dan Hilma) beberapa waktu lalu. Ibu saya memiliki sepasang t-shirt yang sudah siap diwarnai. 2 t-shirt ukuran anak-anak itu sudah ada lukisan barbie polos yang belum diwarnai. T-shirt seperti ini bisa didapatkan dengan cara membeli. Biasanya dalam satu paket t-shirt sudah ada cat air beserta kuas dan wadahnya. Atau jika anda punya t-shirt polos, bisa saja meminta anak anda untuk melukis t-shirt mereka sendiri. Berikut foto-foto yang saya ambil ketika Lu’lu dan Hilma sedang mewarnai t-shirt. 🙂

P19-06-11_08-14[1]
P19-06-11_06-51
P19-06-11_06-53
P19-06-11_06-55[1]
P19-06-11_06-58
P19-06-11_07-06
P19-06-11_08-14
P19-06-11_07-19
P19-06-11_07-39
P19-06-11_08-13[1]

Aktivitas diatas hanyalah salah satu contoh saja. Banyak mainan kreatif yang bisa dilakukan anak selain melukis. Bisa dengan melakukan origami. Beri anak kertas warna dan ajarkan kepada mereka bagaimana cara membuat origami. Ajarkan contoh-contoh yang simpel saja agar mudah dimengerti dan dipelajari dengan cepat oleh anak.

Sekian artikel simpel tentang mainan yang kreatif dari saya. Jadi, daripada anak seharian menonton televisi di rumah, lebih baik biarkan mereka bermain dan berkreasi. Karena hal itu dapat membuat mereka tumbuh menjadi anak yang kreatif, insya Allah. Semoga bermanfaat. Salam pagi semua. 😉

Artikel ini diikutsertakan pada Mainan Bocah Contest di Surau Inyiak.

Rendahnya Biaya Tenaga Kerja di Indonesia Dipromosikan untuk Menarik Investor Asing?

Judul tulisan saya kali ini tampaknya panjang betul ya. :mrgreen: Maklumlah sedang tidak menemukan judul yang bagus dan singkat. Ya, berdasarkan judul diatas, kali ini saya akan membahas masalah perekonomian, investasi dan tenaga kerja yang tentunya berasal dari pandangan saya sebagai orang awam. Sebenarnya tulisan ini pun hanya uneg-uneg saya saja, jadi tidak tepat juga jika saya menyebut diri saya membahas masalah krusial tersebut. Hmm, tepatnya mungkin cuma melemparkan dan membuat isu dan berharap ada teman blogger yang punya tanggapan bagus mengenai problema yang akan saya bahas kali ini. *ngarep :mrgreen:

Tadi siang (28/4) saya duduk nyaman di seat 12F Garuda Indonesia, GA 605, tujuan Kendari – Jakarta. Seperti biasa saya selalu membawa hal-hal yang bisa dibaca selama penerbangan. Saat itu saya membawa buku ‘Mencari Pahlawan Indonesia’ karangan Anis Matta. Sesekali saya melirik penumpang yang duduk di sebelah saya yang sedang membolak-balikkan koran yang memang dipinjamkan awak pesawat. Sekilas saya menyesal kenapa ketika masuk pesawat tadi tidak langsung mengambil salah satu koran yang disediakan di kursi bagian depan. Kemudian tangan saya merogoh kantung yang menempel di bagian belakang kursi yang ada di depan saya. Biasanya saya langsung tertarik dengan Majalah bulanan khusus travelling yang diterbitkan secara rutin oleh Garuda Indonesia, namun kali ini saya tertarik dengan yang lain: sebuah proposal berbentuk brosur dari Indonesian Investment Coordinating Board (BKPM).

Ketika saya buka brosur tersebut, saya langsung dihadapkan oleh judul besar-besar, WHY INDONESIA? INVEST IN REMARKABLE INDONESIA. Melihat judul tersebut saya seperti ditantang dan dipanas-panasi. Oh saya paham, brosur ini sengaja diletakkan agar para investor asing yang mungkin kebetulan naik Garuda untuk bisa menemukan brosur tersebut dan membacanya. Kemudian, brosur berbahasa Inggris itu saya baca secara cepat. Dan tiba-tiba mata saya terhenti pada sebuah judul kecil, Dynamic Demographic Base dengan menjabarkan alasan-alasan secara demografis mengapa mereka harus inves di Indonesia. Saya terperangah ketika membaca alasan yang ketiga:

Labor cost is relatively low, even as compared to investment magnets China and India (Biaya tenaga kerja Indonesia relatif lebih rendah dibanding magnet investasi lainnya seperti Cina dan India).

Jika memang ingin menarik investor asing, KENAPA YANG HARUS DIPROMOSIKAN ADALAH BIAYA TENAGA KERJA INDONESIA YANG RENDAH? KENAPA TIDAK MENONJOLKAN KUALITAS SDM???! Saya ingin menangis ketika itu. Karena saya merasa dicubit dan terbangun menghadapi kenyataan bahwa Indonesia memang belum memiliki SDM yang berkualitas sehingga hal itu belum bisa terlalu dijadikan alasan untuk mengajak investor asing menanamkan modalnya. Di brosur tersebut memang disebut juga alasan pendidikan namun tidak kuat. Yah, saya cuma bisa berharap Indonesia memiliki harga saing yang tinggi sehingga bisa bersaing dengan negara lain, jangan cuma bisa melamun menunggu datangnya penanam modal asing.

Di Tanggal 25

Yay, hari ini tanggal 25! *lompat-lompat* :mrgreen: Bukan sebab tanggal 25 adalah tanggal penerimaan gaji bagi para karyawan di perusahaan-perusahaan tertentu yang bertatus perusahaan internasional. Bukan juga karena saya sedang berulang tahun atau dalam kondisi berbahagia lainnya seperti dilamar orang misalnya. Tetapi karena ini adalah 25 November! Bulan November untuk hari ke-25, satu hari yang ditetapkan secara resmi sebagai Hari Guru di Indonesia.

Hari Guru Nasional diperingati bersama hari ulang tahun PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia). Hari Guru Nasional bukan hari libur resmi, dan dirayakan dalam bentuk upacara peringatan di sekolah-sekolah dan pemberian tanda jasa bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah. (sumber: wikipedia.org)

Dengan adanya Hari Guru kita dapat mengenang kembali jasa-jasa para guru kita dimanapun. Bukan hanya mengenang sebetulnya, kita juga bisa meneladani sepenuhnya, meniru sikap welas asih dan tanpa pamrihnya. Guru dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Ya, tidak ada jasa untuk guru secara nyata yang diwujudkan dalam bentuk materi. Tetapi bentuk jasa guru adalah ilmu dan keberhasilan para anak didiknya. Apapun yang diberikan guru secara tidak langsung akan menjadi manfaat bagi para muridnya.

Untuk semua para guru. Semuanya. Bukan hanya guru-guru resmi di sekolah-sekolah, tetapi juga orang-orang yang bersukarela menjadi guru bagi siapapun meski yang bersangkutan bukan guru secara profesional. Untuk semua guru. Guru yang siapapun bagi siapapun. Saya ucapkan selamat untuk kebaikan hati kalian. Untuk ketulusan dan murahnya pemberian atas ilmu-ilmu kepada sesama manusia. Selamat!

Terpujilah wahai engkau ibu-bapak guru. Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku. …. Engkau adalah pelita dalam kegelapan. Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan. …. Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku. Sebagai prasasti terima kasihku, tuk pengabdianmu. (Hymne Guru – Dengan lirik yang saya bongkar pasang)

Guru dan Blog

sekarang saya ingin membahas mengenai guru (lagi). kali ini tentang Guru dan Blog. sebenarnya saya mau nulis ini gara-gara komentar Guskar di salah satu artikel saya The Class: Dokumenter Seorang Guru. begini komentarnya:

guskar Says:
05/12/2009 at 9:26 pm | Reply

klo gurunya punya blog dijamin di depan kelas ia akan disenangi para muridnya.. :P

soal Guru punya blog akan disenangi oleh murid di depan kelas seperti kata Guskar diatas, hmm bisa jadi betul adanya. apalagi jikalau muridnya blogger semua :mrgreen:. tapi kalau guru punya blog, bisa jadi kelebihan tersendiri lho. apa aja kelebihannya?

pertama, guru bisa ngenalin soal blog. apa fungsinya, gimana penggunaanya. dan apa manfaatnya.

kedua, guru bisa menggunakan blog sebagai sarana informasi pelajaran. misal, kalo guru sedang di-cecar banyak pertanyaan yang terkadang dijawab dengan kurang jelas dan memuaskan siswa, sang guru bisa mencari informasi yang kurang lengkap dan menuliskannya di blog. setelah itu, tanpa perlu repot-repot lagi mencari di search engine, siswa tinggal diminta membuka blog gurunya itu.

ketiga, guru bisa menjadikan blog sebagai sarana KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di luar jam sekolah. hal yang ini bisa mengambil dari waktu luang para siswa. tapi harus ada beberapa syarat yang dipenuhi agar blog bisa menjadi sarana efektif untuk KBM (menurut saya lhoo). syarat yang paling utama ialah, para siswa harus sudah mengenal blog, setidaknya sebatas pengetahuan dasar pun cukup. kemudian guru langsung berinisiatif dengan membangun proyek KBM non formal ini bersama dengan siswa. misal, sang guru memberi tugas agar para siswa membuat sebuah tulisan dengan tema tertentu dan mempublikasikannya di blog masing2. untuk hal ini harus ditetapkan deadline yaa, biar mantap KBM-nya. lalu wajibkan blogwalking bagi para siswa (guru juga ikutan) agar mereka bisa mengunjungi blog teman-teman mereka dan ikut berkomentar atau mengkritisi karya tulisnya.

nah, manfaat dari kelebihan blog yang terakhir ini (point ketiga), para siswa akan mendapatkan banyak manfaat. tidak hanya ilmu dari pelajaran yang bersangkutan, namun juga ilmu nge-blog (baca: menulis). para siswa pun akan berulang kali mendapat wawasan dengan tema tertentu (akibat dari blogwalking) dan hal ini dapat melekat pada benak siswa.

so, gimana para guru? yang belum punya blog, ayo donk bikin blog, kayak beberapa guru kita nih: kang dede, kang irfan, om sunarno, dan sapa lagi yah. terus buat guru yang udah punya blog, seperti orang-orang yang saya sebutkan tadi, yuk coba buat inisiatif dengan supaya para siswa semakin semangat belajar. barangkali tips saya ini laku untuk dicoba. :mrgreen:

Orang Tua = Murobbi Bagi Anak

Sungguh suatu kebahagiaan bagi orang tua jika mendapati anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Namun, untuk mendapatkan anak yang sperti itu tidak bisa diperoleh dengan instant saja dan berharap pada keajaiban yang tumbuh dengan sendirinya pada diri sang anak. Dibutuhkan kerja keras dan usaha lebih dari orang tua untuk mendidik anaknya agar bisa menjadi seperti yang diimpikan.

Kenapa butuh pendidikan yang secara langsung ditangani oleh orang tua? Karena memang orang tualah yang menjadi contoh pertama dalam kehidupan anak semasa kecilnya. Mari coba kita tela’ah dulu pengertian pendidikan.

Dari segi bahasa, kata tarbiyah (pendidikan) bisa dikembalikan pada 3 unsur bahasa, yaitu:
Rabaa-yarubuu, yang berarti: bertambah dan berkembang.
Allah berfirman: Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah (QS 2:276). Dikatakan: Rabbaituhu fatarabbaa (aku mengembangkannya; maka berkembanglah ia), dan ar-rabwah adalah tempat yang tinggi.

Rabiya-yarbaa: menurut wajan khafiya-yakhfaa, yang berarti: tumbuh (nasya’a) dan berkembang (tara’ra’a). dalam syairnya, Ibn ‘Arabii berkata:
“Barang siapa bertanya di mana aku,
Sungguh, aku ada di Makkah, rumahku.
Di sana aku tumbuh dan berkembang.”
Maka, patut dikatakan jika Islam ialah agama yang sangat concern dengan pendidikan, bahkan sejak anak itu berada di dalam kandungan dan ketika ia lahir ke dunia. Di dalam kandungan, ayah atau ibu tidak hanya melakukan ritual yang memperhatikan kesehatan tubuh sang ibu dan jabang bayi, namun juga rohani. Seperti misalnya, jika waktu senggang, ayah dan ibu berusaha memperkenalkan sang anak yang masih di dalam perut kepada agamanya dengan bertilawah dan membaca buku yang menambah wawasan ke-Islaman dan pengingat kepada Allah.

Rabba-yarubbu: menurut madda-yamuddu, yang bermakna: perbaikan, siasat, dan penjagaan. Dalam syairnya, Hasan bin Tsabit berkata:
“Engkau benar-benar lebih baik ketika muncul di depan kami sewaktu keluar di halaman istana
Daripada mutiara putih murni yang diperbaiki dari kerang di bawah laut.”

Ar-Raaghib al-Ishfahaanii mengatakan, “Pendidikan (tarbiyyah) adalah mengembangkan sesuatu setahap demi setahap menuju kesempurnaan.” (Ash-Shawwaf,2003:47-48)

Maka, sudah cukup jelas jika orang tua ialah merupakan Murobbi (pendidik) sekaligus Qudwah (teladan) bagi anak-anaknya. Orang tualah yang mengamati perkembangan anak-anaknya. Pendidikan yang diberikan bagi orang tua tidak hanya soal pengetahuan umum, namun juga soal moral dan agama.

 

Lalu ketika lahir, sang ayah dengan sigap dan segera mengumandangkan adzan dan iqomah ke telinga putra/putrinya. Sehingga adzan-lah sebagai materi awal bagi pendidikan pertama mereka. Telinga generasi cilik tsb bergerak-gerak seolah memahami akan apa yang dibisikkan dalam telinganya.

Seperti apa yang Allah firmankan dalam QS 51:56 bahwa: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku.”
Para mufasir menyebutkan makna al-‘ibadah dalam ayat ini dalam beberapa pendapat; pertama, tauhid; kedua, melaksanakan ibadah dan menjaga ketaatan; ketiga, mengenal Allah (ma’rifatullah). (Tafsir al-Qurtuubi, Juz. 17/55)

Sebagaimana tujuan utama pernikahan dalam Islam adalah membina generasi imani yang mempunyai keimanan kuat dalam hatinya dan terlihat pengaruhnya pada akhlak dan perbuatannya. (Ash-Showwaf,2003:59)

Dalam sabdanya Rasulullah pun bersabda, “setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”

Maka, semakin jelas pemikiran kita bahwa orang tua merupakan guru pertama bagi anaknya. Dan dasar-dasar akidah yang paling penting yang wajib diajarkan kepada anak-anak adalah: a) mengesakan Allah (tauhidullah), b) Allah menaklukkan semua makhluk untuk berkhidmat kepada manusia, c) beriman kepada qadha’ dan qadar serta bertawakal kepada Allah, d) menanamkan kecintaan kepada Nabi saw. (Ash-Showwaf,2003:60)

Semoga kita menjadi orang tua yang budiman lagi berbudi luhur dan menjadi teladan yang baik bagi anak-anak kita nantinya. Amin!!
Wallahu a’lam bish showab

Sumber:
Al-Qur’an Al-Kariim
As-Sunnah

Ash-Showwaf, Muhammad Syarif. ABG Islami (Tarbiyyah al-abnaa wa al-muraahiqiin min manzhar asy-syari’ah al-islamiyyah). Terjemahan. Bandung: Pustaka Hidayah, 2003.