Untuk bloggers yang tinggal di Jabodetabek, khususnya wilayah Jakarta Barat dan Selatan, pernah pagi-pagi sekitar jam 7 – 11 mengunjungi Gerobak Mie Ayam Simprug yang berada di daerah Simprug tentunya, di Jalanan samping rel kereta api jalur Kebayoran Lama dan Palmerah menuju Serpong. Setiap pagi dengan jam yang saya sebutkan diatas tadi, gerobak Mie Ayam Simprug selalu saja ramai dipenuhi orang. Mungkin agak ekstrim jika saya menyebutkan dalam satu waktu bisa saja ratusan orang rela mengantri Mie Ayam ini, tapi ya memang begitu faktanya. Bayangkan saja, ada setidaknya lebih dari 10 mobil dan puluhan motor dan khusus hari libur seperti Minggu sering juga ada puluhan sepeda yang parkir di pinggir jalan demi Mie Ayam ini. Belum lagi dengan tempat duduk yang terbatas sehingga kita harus siap-siap ‘bertarung’ dengan pengunjung lain demi mendapatkan kursi makan. Maka tak heran jika banyak pengunjung bermobil yang makan di dalam mobil mereka. Tapi saya belum lihat ada yang makan diatas jok motor mereka Baca lebih lanjut
Arsip Bulanan: Mei 2011
Parahnya Infrastruktur Dalam Negeri

Perbaikan sedang dilakukan di jalur busway di jalan Sudirman - Thamrin. Perbaikan ini dilakukan pada beberapa jalur. Namun sayangnya tidak berlangsung secepat yang diinginkan. (gambar: rakyatmerdeka.co.id)
Entah siapa yang harus dipertanyakan soal ini. Saya melihat banyak perbaikan jalan yang sedang berlangsung sepanjang saya melakukan perjalanan rumah-kantor-rumah. Dan anehnya perbaikan-perbaikan tersebut belum selesai meskipun sudah dimulai sejak lama. Padahal masih banyak jalan yang rusak dan butuh penanganan. Entah dana yang kurang atau ada masalah lain, saya kurang mengerti. Namun hal ini menganggu pikiran masyarakat sekitar, khususnya yang tinggal di Jabodetabek. Ah, infrastruktur di pusat ibu kota saja masih kacau, bagaimana mau membangun infrastruktur di daerah-daerah terpencil? Sementara menurut kesaksian beberapa orang, pembangunan dan perbaikan infrastruktur akan berlangsung cepat jika ada kepentingan-kepentingan tertentu, semisal perbaikan jalan rusak di suatu daerah berlangsung cepat ketika ada pejabat yang akan berkunjung. Saya hanya bertanya-tanya apakah budget untuk pembangunan dan perbaikan infrastruktur memang sedikit sehingga tidak bisa dilakukan dengan cepat? Atau hanya dilakukan untuk kepentingan tertentu (baca: pejabat)? Oh, saya harap bangsa Indonesia memiliki infrastruktur (dan orang-orang di balik layarnya) yang semakin baik. Amin.
Hak Pejalan Kaki Yang Terkikis
Suatu sore di Ciputat saya berdiri di trotoar sambil memperhatikan jalan-jalan yang tak pernah berhenti macet. Volume kendaraan dan manusia seolah-olah tak ada habisnya di kota perbatasan Banten dan Jakarta Selatan itu. Tiba-tiba saya mendengar suara klakson berbunyi nyaring berulang kali. Saya mencari asal suara klakson yang mungkin saja berasal dari seliweran kendaraan yang ada di jalan raya. Tapi ternyata saya tidak menemukan sama sekali ada kendaraan yang sedang membunyikan klakson. Ternyata ketika saya menoleh ke sisi kiri trotoar ada sebuah motor yang pengendaranya sedang membunyikan klakson berkali-kali ke arah saya. Ya posisi berdiri saya memang menghalangi motor tersebut. Tapi sebenarnya siapa yang salah, siapa yang seharusnya ditilang, saya yang posisinya sudah benar di trotoar atau motor tersebut yang menyerobot hak saya sebagai pejalan kaki? Ah, seenaknya deh!
Sebagai pedestrian (pejalan kaki) sejati, saya melihat semakin hari hak-haknya semakin terkikis. Ketika ingin menyeberang di jalan raya yang tidak ada jembatan penyebrangan, pejalan kaki acap kali sulit menyebrang karena sering kendaraan menyalakan lampu tanda tidak ingin memberi kesempatan dan langsung tancap gas. Yang lebih parah, trotoar yang memang diperuntukkan bagi para pejalan kaki malah sering disalahgunakan. Menjadi warung makan misalnya, atau malah jadi jalan tambahan bagi bikers yang merasa kekurangan lahan jalanan. Baca lebih lanjut
Hot Fuzz: Sebuah Satire
- Hot Fuzz (speakinggeek.wordpress.com)
Malam minggu (14/5) kepala saya terasa agak pening tiba-tiba usai mengerjakan Final Test di CCF. Mungkin saya yang terlalu tegang memikirkan soal-soal, atau tegang karena bingung kekurangan vocab Perancis, atau tegang menghafal konjugasi-konjugasi Perancis yang amat banyak dan beragam dan tata bahasa yang rumit. Ah, sudahlah, yang jelas test tahap pertama sudah saya lewati, tinggal menjalani test lanjutan Sabtu depan: France Oral Test. I’ll get best result. 😉
Sampai di rumah pening masih terasa meski tidak terlalu sakit. Saya pun bergabung bersama adik saya yang sedang menonton tv. Dalam waktu singkat tv dapat saya kuasai dan saya pun mencari channel yang saat itu menayangkan acara bagus. Beruntung saya melihat Trans TV yang menayangkan Hot Fuzz, film aksi komedi terbitan Britania Raya (Inggris) tahun 2007. Saya memang tidak menonton dari awal, sebab film sudah berjalan sekitar 50% kekita saya nimbrung di depan tv. Tapi tak apa, saya cukup nyambung kok dengan jalan cerita film itu.
Film Hot Fuzz bercerita tentang seorang Polisi di London, Nicolas Angel (Simon Pegg) yang bekerja dengan penuh dedikasi. Namun sayangnya dedikasi tinggi yang dimiliki Angel ini membuat rekan-rekannya bahkan termasuk pimpinannya sendiri iri dan tidak suka. Akhirnya ia pun dipindahkan ke sebuah desa bernama Sanford Village yang memiliki tingkat kriminalitas sangat minim. Biasa bertugas di kota besar dengan permasalahan kejahatan yang tinggi membuat Angel cukup kesulitan ketika dipindahtugaskan ke desa yang sangat tentram dan damai seperti Sanford. Setiap hari ia berpatroli bersama rekannya, Danny (Nick Frost) dan hampir nihil menemukan pelanggaran. Hingga suatu ketika terjadi peristiwa kematian beberapa warga yang misterius membuat Angel tergerak menyelidikinya. Disini ia menemukan beberapa kejanggalan, diantaranya sikap warga desa Sanford yang terkesan santai dan tidak peduli meski ada peristiwa kematian yang mencurigakan. Lalu apa yang terjadi dengan lanjutan film tersebut? Berhasilkan Angel mengungkap kejanggalan-kejanggalan yang terjadi di Sanford Village? Silakan tonton sendiri. Dibawah ini ada trailernya Baca lebih lanjut
Maple
Sejak dulu saya menyukai daun-daun maple yang berjatuhan, berwarna merah-kuning merona. Tapi sayangnya ketika itu saya belum mengetahui apa nama daun tersebut. Saya malah sempat menganggapnya sebagai daun pare (coz bentuk daun buah pare agak mirip menurut saya dengan daun maple. maksa ya? :mrgreen:). Lama-lama saya tahu kalau daun-daun itu adalah daun yang berasal dari pohon maple. Pohon maple sangat banyak berada di daratan Amerika, meski di luar Amerika pun juga tumbuh. Bahkan Kanada pun sampai menjadikan daun maple sebagai lambang negaranya. Ah, saya jadi ingin lihat daun maple asli. Kapan ya kira-kira mengunjungi Kanada?
Di meja kerja di kantor, ada poster daun-daun maple yang menjadi alas keyboard saya. Poster maple tersebut juga tertempel di white board dalam ruang kerja, sehingga saya bisa dengan mudah melihat daun-daun cantik itu. So Pretty! Namun bukan hanya daunnya saja yang cantik, maple pun juga memiliki cairan yang cantik yang bisa diolah menjadi sirup. Saya belum pernah benar-benar merasakan sirup maple. Maksud saya, mungkin saja pernah, ketika saya mencicipi Pancake, tetapi saya tidak benar-benar tahu jika ada sirup maple yang digunakan sebagai salah satu topping-nya. Jadi, belum terlalu ngeh bagaimana rasa sirup maple itu. 😀 Hingga suatu ketika pak bos yang baru saja balik dari kampungnya di Kanada sana membawakan kami sirup maple yang sudah dikemas dalam botol cantik. Yang mengejutkan ternyata sirup-sirup maple yang dibawakan untuk kami merupakan hasil dari Home Industry yang dimiliki oleh salah satu adviser kami yang juga dari Kanada. Sebelumnya dia telah mengirimkan foto-foto yang diambil di ruangan produksi maple. Berikut foto-fotonya: