
Indonesian Labor (http://taneeseng.blogspot.com)
Judul tulisan saya kali ini tampaknya panjang betul ya. Maklumlah sedang tidak menemukan judul yang bagus dan singkat. Ya, berdasarkan judul diatas, kali ini saya akan membahas masalah perekonomian, investasi dan tenaga kerja yang tentunya berasal dari pandangan saya sebagai orang awam. Sebenarnya tulisan ini pun hanya uneg-uneg saya saja, jadi tidak tepat juga jika saya menyebut diri saya membahas masalah krusial tersebut. Hmm, tepatnya mungkin cuma melemparkan dan membuat isu dan berharap ada teman blogger yang punya tanggapan bagus mengenai problema yang akan saya bahas kali ini. *ngarep
Tadi siang (28/4) saya duduk nyaman di seat 12F Garuda Indonesia, GA 605, tujuan Kendari – Jakarta. Seperti biasa saya selalu membawa hal-hal yang bisa dibaca selama penerbangan. Saat itu saya membawa buku ‘Mencari Pahlawan Indonesia’ karangan Anis Matta. Sesekali saya melirik penumpang yang duduk di sebelah saya yang sedang membolak-balikkan koran yang memang dipinjamkan awak pesawat. Sekilas saya menyesal kenapa ketika masuk pesawat tadi tidak langsung mengambil salah satu koran yang disediakan di kursi bagian depan. Kemudian tangan saya merogoh kantung yang menempel di bagian belakang kursi yang ada di depan saya. Biasanya saya langsung tertarik dengan Majalah bulanan khusus travelling yang diterbitkan secara rutin oleh Garuda Indonesia, namun kali ini saya tertarik dengan yang lain: sebuah proposal berbentuk brosur dari Indonesian Investment Coordinating Board (BKPM).
Ketika saya buka brosur tersebut, saya langsung dihadapkan oleh judul besar-besar, WHY INDONESIA? INVEST IN REMARKABLE INDONESIA. Melihat judul tersebut saya seperti ditantang dan dipanas-panasi. Oh saya paham, brosur ini sengaja diletakkan agar para investor asing yang mungkin kebetulan naik Garuda untuk bisa menemukan brosur tersebut dan membacanya. Kemudian, brosur berbahasa Inggris itu saya baca secara cepat. Dan tiba-tiba mata saya terhenti pada sebuah judul kecil, Dynamic Demographic Base dengan menjabarkan alasan-alasan secara demografis mengapa mereka harus inves di Indonesia. Saya terperangah ketika membaca alasan yang ketiga:
Labor cost is relatively low, even as compared to investment magnets China and India (Biaya tenaga kerja Indonesia relatif lebih rendah dibanding magnet investasi lainnya seperti Cina dan India).
Jika memang ingin menarik investor asing, KENAPA YANG HARUS DIPROMOSIKAN ADALAH BIAYA TENAGA KERJA INDONESIA YANG RENDAH? KENAPA TIDAK MENONJOLKAN KUALITAS SDM???! Saya ingin menangis ketika itu. Karena saya merasa dicubit dan terbangun menghadapi kenyataan bahwa Indonesia memang belum memiliki SDM yang berkualitas sehingga hal itu belum bisa terlalu dijadikan alasan untuk mengajak investor asing menanamkan modalnya. Di brosur tersebut memang disebut juga alasan pendidikan namun tidak kuat. Yah, saya cuma bisa berharap Indonesia memiliki harga saing yang tinggi sehingga bisa bersaing dengan negara lain, jangan cuma bisa melamun menunggu datangnya penanam modal asing.
SDM kita mungkin ada yang bagus banget, dan ada yang biasa-biasa aja..
Yang bagus banget biasanya sudah diajak ke luar negeri oleh perusahaan2 asing.. 😀
Sebenarnya mempromosikan mengenai low labor cost tidak terlalu menjadi masalah.. Asalkan nanti investor sudah masuk, lama-kelamaan biaya tenaga kerja juga bisa meningkat.. Belum ditambah dengan peluang untuk meningkatkan kualitas SDM itu sendiri..
Bayangkan kalau misalkan Google atau Facebook (pengennya :p) membuka kantor cabang di Indonesia.. Mereka dapat membuka divisi riset yang bisa melibatkan pihak kampus (mungkin) dan pada akhirnya bisa meningkatkan kualitas SDM di Indonesia -> biaya SDM ikut meningkat (amiiin…)
lama-kelamaan biaya tenaga kerja juga bisa meningkat.. –> semoga saja ga kelamaan naiknya. buruh indonesia juga termasuk yg ganas2 soalnya apalagi klo mikirin kenaikan gaji, sensitif tuh. 😛
Kehidupan PMA,, saya tidak akan bicara pada level operator, yang memang dipersiapkan untuk melakukan hal yang itu-itu aja (robot yang punya perasaan), tetapi di level pekerja yang kualitasnya kalo di training bareng, hasilnya tidak kalah dengan tenaga asing yang juga bekerja di perusahaan tersebut atau malah lebih bagus, kesejahteraan yang didapat itu hanya sepersekian dari mereka, tetapi berhubung sudah lebih dari cukup (dibanding operator), mereka yang di level ini hanya mengamankan posisinya aja,, ya, SDM di Indonesia saat ini masalahnya seperti ini. # saya sok teu juga 😀
setuju, tenaga kerja indonesia tak kalah saing dengan tenaga kerja asing yang dibangga-banggakan. namun sayangnya, kapan para bos memanusiakan manusia ? memanusiakan buruh__yang tanpa kehadirannya, berharap apa para bos ?
(Maaf) izin mengamankan KEDUAX dulu. Boleh, kan?!
Inilah ‘unik’nya Indonesia. Bukannya berusaha untuk mengedepankan kualitas dan mempromosikan kualitas malah mengandalkan jurus di pasar rakyat; banting harga!
Boleh pak keduax-nya diamankan.. 😀
iya betul pak.. kita malah banting harga mempromosikan hal tersebut. tapi memang ada juga positifnya, seperti kata komentator pertama bahwa jika memang ada investor asing di Indonesia diharapkan dapat mengembangkan SDM kita. tapi ya seharusnya mengembangkan SDM ya tugas pemerintah dan bangsa Indonesia sendiri. Kita harus menyadarkan diri dulu untuk memiliki kualitas SDM yg baik. 🙂
“Kita harus menyadarkan diri dulu untuk memiliki kualitas SDM yg baik”
setuju 🙂
Waduh kok aneh ya, labor cost di Indonesia memang rendah, tapi setahu saya masih lebih rendah Tiongkok dan Vietnam. 😦 APalagi dua negera itu komunis, jadi sistemnya mau tidak mau ya buruh harus ikut aturan pemerintah.
Ini saya dapatkan saat kuliah tahun 2009-an, entah kalau sekarang. 😐
entah..
Itulah sifat dasar bangsa indonesia, slalu mengorbankan hak-hak orang lain, bukan bagaimana caranya mengangkat martabat bangsa, malah merendahkan bangsa sendiri, Indonesia sebenarnya punya dan banyak SDM yg bagus dalam berbagai bidang, tapi sayangnya pemerintah kurang mendukung, bahkan malah di jadikan sebuah proyek bisnis, ,
hmm… mari saling bekerja sama dan dukung dari sekarang. SDM Indonesia juga BISA dan BERKUALITAS JIKA KITA MAU PEDULI. 🙂
ini sesuai dengan kenyataan. 😐
lho kok? jadi ceritanya banting harga aka obral SDM gitu ya Dhila ? 😦
salam
hmm.. ga tau sih bun,, hehe itu kan cuma prasangka aku aja ketika melihat kata2 dalam brosur tersebut. ya mungkin dibuat begitu dengan sudah mempertimbangkan sisi positifnya. krn kenyataan SDM kita rata2 memang masih berjuang untuk memperbaiki kualitasnya. 🙂
sedih jadinya melihat kenyataan harus seperti itu……
saatnya kita buktikan bahwa kita tenaga kerja yang berkualitas…
betul pak!
Tapi ini gak adil buat pekerja
🙂
hmm…
saya merinding lihat gambarnya
sebuah pekerjaan beresiko seperti itu
tetapi mereka bekerja tanpa safety procedure yang lengkap
semoga penguasa negeri ini menghargai keringat warga negaranya
sedj
gambarnya itu nemu di blog orang pak.
ya saya harap bukan penguasa saja, tetapi seluruh orang di Indonesia ini.
sayang sekali, promosi untuk investasi tapi dengan cara merendahkan diri seperti itu. meski kenyataannya mungkin benar begitu tapi cara promosi seperti itu terlihat seolah putus asa dan tidak memiliki cara lain yang lebih menarik dan bagus tanpa merendahkan bangsa sendiri.. itu artinya yang bikin brosur juga kualitasnya kurang..
*berharap untuk Indonesia yang lebih baik..
berharap hal yang sama 🙂
UMR di Indonesia masih sangat minim, masih kalah sama gajinya TKI… . pantas saja kalau orang lebih tertarik jadi TKI daripada memakmurkan negeri sendiri
tapi itulah yg menjadi kenyataan.. 🙂
Gimana gak seneng yah org luar berinvestasi di Indonesia, pendapatan gede, tenaga kerja dikuras tp gajinya kecil.
he em..
damn pemerintah….
hanya mau uang panas doang…
maunya yg instan doang…
utang instan…infrastruktur instan…kehancuran instan
mari kita perbaiki!
dhila yang bener nih? naik garuda 605 tgl 28-04-2011 duduk di 12 F, transit di makasar?.
gw juga naik 605 dari makasar duduk di 18 F, cyiiin…
ya ampuuuun…. dunia memang sempit padahal kita berseberangan.
*mendadak judul postingan utama jadi diabaikan*
iyaaaaa beneeerr.. kok kita ga saling ketemu yaa.. sekarang udh di JKT berarti toh? mau kopdar? 😛
hayu-hayu aja.. kapaan ya?
halaah napa kopdarnya ga di bandara aja ye?
Lagi Diskon mungkin mbak……….hehehehe semoga keadaan seperti ini gak terusan……:)
hehehehe… diskon? ada2 aja :p
Indonesia…berdoa ajalah smg Indonesia dari semua bidang bisa lbh maju..dimulai dari dirisendiri..:-)
yap setuju mba! 🙂
tidak bisa langsung menyalahkan investor dong, mereka manusia juga, maunya memperoleh hasil maksimal dengan pengeluaran seminimal mungkin. Lagipula tenaga kerja Indonesia juga mau diberi upah murah kok, klop deh.
Yang menjadi pertanyaan, banyak juga anak-anak bangsa yang cerdas, dokter, insinyur tapi kenapa mereka malah memilih bekerja di negara lain? mungkin karena negara lain lebih menghargai usaha mereka daripada di sini.
iya tidak bisa investor disalahkan.. skrg yg penting meyadarkan diri dan BANGKIT. 🙂
ini juga sesuai kenyataan. kenapa mereka yang jenius2, pada memilih kerja di negara lain???
Bagus sih tujuannya untuk menarik insvertor asing, namun apakah semua ini sejalan dengan kehidupan dan kemakmuran sang pekerja, Sepertinay pemerintah harus bijak dalam mnyikapai hal ini
SDM bangsa ini melempem karena udah terbius SDA yang melimpah ruah. ditambah pula kurangnya motivasi untuk melakukan perubahan.
padahal para motivator membludak ya.
Salam Takzim
Memang terkadang seperti itu mbak, ingin bangsa ini maju tetapi masih melihat sisi negatipnya, Padahal bangsa ini lebih beradab dibandingkan bangsa lain, SDM nya lebih nurut dibandingkan SDM negeri lain.
Semoga SDM negeri ini mampu berdiri sendiri, tanpa campur tangan orang asing
Salam Takzim Batvusqu
Semoga ya Bang, tp pemerintahnya malah seolah-olah harus bergantung pada asing. 😉
Selain menonjolkan murahnya upah kerja emang apalagi yg mau qt tonjolkan.Lah sprti kt tmn2 diatas td klu qt mnonjolkan SDM qt masih kalah saing dgn SDM dri negara2 lain…
Tapi se gak-gaknya sih hal itu jgn trllu digembor2in…itu kan sama aja dengan mnjual rakyat.dan membuka kelemahan bangsa sendiri..
Itulah PR bagi elit qt.gmn caranya agar SDM qt g dipandang sbelah mata
maaf, ikut nimbrung.
sebenarnya nggak semua SDM di negri kita kalah saing. buktinya banyak yang dpt beasiswa kuliah di LN, seteah itu diberi pekerjaan yang bagus krn kejeniusannya. 🙂
itulah realita industri indonesia kita ini..maklumin aja…
semoga posisi tawar tenaga kerja kita lebih dari cukup 🙂
semoga saja pemerintah kita tidak membuat UU yg menyatakan akan menambah TKI sebanyak-banyaknya ke LN.
[agar devisa negara bertambah, dan hutang negara bisa terbayar] 😐
One question mba Dilla, gimana dengan bayaran pajak di Indo, karena setau agy di provinsi Bengkulu, pajaknya mahal buanget, makanya jarang investor nanem modal disini, bahkan dibilang ngga ada (maaf, agak diluar konteks :mrgreen:)..
Masalah SDM, orang indo yang pinter udah diculik sama negara lain, karena memang mereka di hargai disana (ngga bisa ngasih contoh, tapi pernah ada satu episode Kick Andy show yang ngebahas masalah ini), karena emang kebanyakan kalo di indo siapa yang punya kolega, dia yang berkuasa 😉 *just a thought
inilah negri kita Indonesia tercinta. 😐
menyedihkan, yang dijual justru kekurangan bukan kelebihan
semua ini memang kenyataan, menyedihkan sekali, semoga smuanya cepat berubah amiiin..
sebenarnya pemerintah sudah ngerti akan hal seperti ini, namun mereka tidak ambil pusing.
DICARI: Manusia Indonesia yang bisa merubah negeri ini luar dan dalam,
Hehehee..
betul indonesia haruz bangun dari tidurnyaa..
Wah tulisan yang bagus untuk bahan demo di Hari Buruh nih.. 🙂
Harapan seperti ini pernah saya ucapkan pada 2005 silam, dan hingga kini kita masih tetap berharap. heheheee. semoga 2,3,4 10 tahun kedepan harapan ini sudah jadi kenyataan.
Ping balik: Rupa-rupa penggugah selera « written minds
Ini adalah usaha promosi yang menyakitkan… tapi saya kira promosi seperti ini sangat powerful dalam menarik investor karena di negara-negara maju biaya tenaga kerja sangat tinggi. Selain itu, angka pengangguran di negara kita masih tinggi… Mungkin sang pengiklan berfikir simpel dan sederhana saja “daripada nganggur dan menjadi beban, mending kerja walaupun digaji murah, kan ada uang masuk juga…”
Kualitas SDM kita mungkin tidak merata, kalah jauh oleh permasalahan2 lain.
Promosinya menyedihkan, sejujurnya…
Jadi sedih bacanya. SDM negara kita jangan terkenal karena murahnya donk.. ayo tingkatkan kualitas pendidikan kita, biaya terjangkau, biar bisa dinikmati semua rakyat, biar pada pinter. ga kalah sama SDM negara lain…
Semoga gaji buruh bisa naik
hmmm sungguh ironis.. baca ceritanya.. mungkin lebih baik kita berdoa ” semoga bulan depan gaji gw bisa naik ” jiaaaaaaaaaaa :)gubrak”
Ngarepin naik gaji? Waduuuh…… tempat saya bisa naik tiap tahun udah syukur banget!
ya iya lah, bahkan sekelas ITB aja ditanamkan supaya lulusannya memiliki mindset untuk bekerja, yang notabene menjadi ‘pekerja’ meskipun kualitasnya mungkin ga kalah baik.. naah, gimana yang laenn? hmmm. karena didikannya ga bener kali yak? gitu ya pemerintah ngebiarin aja, kiplik bener lah pemerintah endonesa
Phew… menyedihkan ya mba Dhil (- -‘)
dan siapakah yang mengeluarkan brosur tersebut dan mendistribusikannya?
sungguh ironis nasib bangsa indonesia
Kita harus meningkatkan kualitas SDM termasuk biaya upah SDM kita, karena selain SDA yang semakin menipis, SDM menjadi nilai jual nomor dua. Semoga pemerintah bisa memperbaiki kesemruwetan permasalahan kesejahteraan SDM ini, jadi ga akan lagi ada promosi macam begituan ke investor asing.
Kalau disini, tenaga kerja Indonesia dihargai kok. Yg profesional yah.
tp yah itu, dibalik itu … karena banyaknya PRT juga dr indonesia. Kita2 yg wanita2 indonesia yg disini..kadang disetarakan. 😦
Imagenya udah rusak degh …. Pernah jalan2 berdua ke mall sama nadine. Saya disangka pembantunya Nadine :(( … padahal saat itu lg pake blazer kantor. 😦 menyedihkan lah pokoknya. Aku bener2 mengutuk pemerintah kita, yg dgn bangganya nambahin devisa negara dgn mengirim TKW2 … preeeet degh!!!
Ping balik: Award award itu begitu menggoda « Batavusqu
Kita sering lupa akan artinya dan berharganya manusia, bukan mempromosikan suatua kekayaan tapi mempromosikan betapa lemah dan tidak berharganya perlakuan kita kepada Tenaga Kerja.
Sayangnya Budaya malu itu sudah hilang mbak
Kangen euy dengan warnanya
seharusnya kita sebagai bangsa indonesia juga bisa dihargai tinggi ya dalam pekerjaan, uh.. apa daya
selayaknya kita harus meningkatkan uapah kerja minimal untuk buruh di Indonesia.
ya, mungkin mmang kbanyakan SDM indonesia kya gitu.
Termasuk yang bkin promotor itu.
indonesia slalu tdk punya power dimata asing..sebenarnya tergantung pemerintahnya seberapa pedulu terhadap tenaga profesional..?
Thanks,