Sundal Peradaban

Sebelumnya mohon maaf jika tulisan ini sangat tidak berkenan. Apalagi jika nantinya akan terbaca kata-kata yang kurang sopan. Sebab ini adalah salah satu bentuk kemarahan yang tak terlontar luas. Kemarahan yang terpendam hingga tak lagi saya rasakan kecuali rasa perih dalam hati yang berkepanjangan. Dan satu lagi untuk sebelumnya, semua yg saya tulis saat ini ialah nyata dan apa adanya dan inilah yang benar-benar terjadi pada saya.

***

Senja di daerah Kuningan, Jakarta ketika itu (1/12) memang padat seperti biasa. Saya duduk di salah satu tempat duduk lusuh di dalam Kopaja jurusan Senen – Lebak Bulus sambil mengamati sekitar. Hingga tiba-tiba masuklah tiga orang ABG ke dalam Kopaja dengan penampilan hitam-hitam (kaus dan celana hitam), lusuh dan kotor tak karuan. Seketika itu pula saya tahu jika mereka ingin mengamen dalam bus mini tsb. Namun perasaan saya sudah tak enak, sebab mereka mengawali dengan kata – kata paksaan dan kurang sopan dalam ngamen-nya. Salah satu mereka, berambut panjang dengan mata nyalang, tampak seperti habis minum sesuatu yang keras dan membuat hilang akal. Ia berjalan sempoyongan sambil bernyanyi soal korupsi dan kemiskinan. Mereka berteriak-teriak tentang ketidakadilan hidup yang mereka alami sebelum kemudian menodongkan tangan dengan paksa ke arah penumpang, dimana saya salah satunya. Tetapi apa yang saya alami ternyata melebihi apa yang penumpang lain alami. Anak gondrong yang sedang hilang akalnya itu mendorongkan tangannya ke tubuh saya yang kurus kerontang untuk meminta uang. Dan saya memberi tanda TIDAK untuknya. Jelas saya tidak sudi memberi uang pada generasi yang akan membeli obat atau barang haram lainnya. Mungkin saya berprasangka buruk, tetapi sika mereka yang membuat saya begini. Lalu apa yang terjadi setelah saya bilang tidak? Ia dengan sengaja menggunakan sikutnya dengan keras untuk menyentuh dahi saya dan menggeser jilbab saya agar terlepas!! Beruntung saya menahan dan jilbab saya cukup kuat terkunci sehingga tidak ada rambut yang terlihat orang lain. Namun perbuatan itu membuat saya sakit hati bertubi-tubi. Tidak ada lelaki yang pernah saya izinkan menyentuh saya, siapapun termasuk sepupu. Tetapi ia berlaku bejat seperti itu! Langsung saja saya mengumpat **J***!

Hati saya bergemuruh luar biasa akibat kemarahan. Jika ketika itu saya tidak ingat dengan keselamatan nyawa, mungkin akan saya ajak bergulat meski saya pribadi tidak punya keahlian khusus bela diri. Jika ketika itu saya tidak ingat hukum qishos dan penjara, mungkin akan saya tarik pemuda hilang akal itu dan saya lemparkan keluar Kopaja. Biar terjatuh dan mati saja sekalian karena gegar otak dan tertabrak juga terlindas kendaraan. Namun saya tidak ingin masalah berkelanjutan apalagi sampai ke pengadilan. Karena jika begitu, bisa terhambat masa depan saya hanya karena anak-anak aneh itu.

Hati saya juga bergemuruh akibat kesedihan. Mereka mengamen dengan syair-syair indah. Tentang bangsa dan keadaannya. Namun apa yang terjadi?? Mereka sendiri tidak pernah membuktikan hal yang dinyanyikan itu dengan tingkah laku nyata. Yang ada hanyalah memaksa, menodong dan hilang akal. Hey, kami tidak butuh generasi sundal seperti kalian! Tahu apa kalian soal bangsa? Apakah pemerasan dan NARKOBA jalan keluar? Itukah yang dibutuhkan bangsa, hah?? Tahu apa kalian soal penyamarataan pendidikan jika kalian saja tidak mau berusaha untuk sekolah. Tahu apa kalian soal kemajuan bangsa jika kalian malas dan tidak mau berusaha. BULLSHIT jika kalian bilang kalian memikirkan bangsa. ESAD! Kalian Cuma sebagian kecil sundal yang beredar di peradaban ini. Kalian tahu, ucapan kalian itu menyakitkan bagi orang yang benar-benar berjuang untuk bangsa ini. Dan apakah kalian tidak tahu bagaimana perasaan sakit itu? Ah, kalian hanya sundal yang jadi korban. Lalu salah siapa semua ini?? Salah gue, salah teman-teman gue?? Dasar SAKIT JIWA!

** puas sudah setelah mengeluarkan uneg-uneg. Sekali lagi mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan untuk dibaca. Ini hanyalah sekedar ungkapan terpendam seorang sundal yang bingung harus berbuat apa untuk memulihkan kebobrokan bangsanya.

43 thoughts on “Sundal Peradaban

  1. Pengamen memang tak semuanya bertujuan mencari sesuap nasi. Tapi banyak juga yang hanya untuk hura2 ber haram-haram. Memang kadang2 kita ini harus jeli dalam menilai kaum pengamen

  2. pengamen banyak yang seperti itu, beruntung saya punya tubuh agak gede, ketika saya bilang kalau tak ada uang mau apa, sambil memperlihatkan sepatu yang seperti milik tentara, sang pengamen lantas pergi, tapi ya tetap saja ngeri.
    pengalaman saya di Yogya beda lagi, disana pengamen cukup sopan, kalau ada salah satu pengamen yang nakal maka teman-temannya yang akan memberikan hukuman.

    • coba di Solo, Mas.
      mereka agak keterlaluan.
      orang bener2 tidur, malah dibangunin.
      saya sempat hapalin seorang pengamen sono, orangnya tinggi besar, rambut agak keriting, usia 40-an, dua tangannya ada tato.
      kalo ga dikasih, pasti maksa.
      dulu waktu masih cupu, saya musti nyediain beberapa receh di saku kalo lewat Solo. tapi kalo sekarang,… coba aja. *biggrin*

      sampe detik ini, respek banget ama dua orang anak kecil yang ngamen di jalur semarang dari arah yogya.
      itu beberapa taon yang lalu, mungkin sekarang mereka sudah gede.

      top of all, imo, ga perlu kasih duit ke pengamen. cara yg saya pake cuman pasang muka+senyum manis sambil nolak scr halus. kl dah keliatan maksa, baru ubah tu mimik muka 180 derajat.

  3. Pagi cintaa.. senyum manis dulu dong 😛

    usaha sekecil apapun yang dhila tunjukan setidaknya berbekas juga pada pengamen tidak sopan itu. akan tercatat di hati mereka : 1 desember, seorang gadis berjilbab berkata tidak pada mereka!

  4. Kebiadaban diluar sana memang banyak.Pencurian,perampokan,pembunuhan,pelecehan sex,perkosaan dan lain-lainnya.
    Kita memang harus mengamankan RING-1. Ditempat umum jika ada gejala tak sehat jangan menonton. Segera menghindarlah karena kita tak akan tahu akibatnya.Menonton orang judi bisa terangkut ke kantor polisi lho.

    Prihatin dengan kelakuan para pengamen itu, mungkin dia mabuk atau pura-pura mabuk.
    hati-hati di luar sana nduk.
    Salam hangat dari Surabaya

  5. hahahaaa…kejujuran kadang memang butuh kata-kata yang jujur dan seringkali terdengar sedikit kasar bagi beberapa orang. tapi itulah kejujuran. 🙂
    saya suka paragraf terakhir, penuh semangat, menggebu-gebu dan jujur 🙂
    memang banyak pengamen yang merangkap jadi rampok, sebabnya? terlalu panjang dan bikin pusing aja kalau dibahas.

  6. sabar mbak. ambil air wudhu dulu.
    “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya.
    Dan Barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula.” (Az-Zalzalah: 7-8).
    semoga kejadian itu kelak akan menjadi bukti di pengadilan akhirat bahwa mbak selalu menjaga kehormatan mbak.

  7. walau banyak hal yang tidak berkenan di hati dan menyinggung harga diri, tetaplah mawas diri dan menjaga ketenangan di hati agar cinta Allah tetap terpatri …

    Yang udah biarkanlah berlalu mbak, walau jujur kalo saya cewek n ada di posisi mbak, udah saya tampar sekalian. Tapi keenakan dianya yg bisa ngerasain tangan mbak yg lembut, hee

    istighfar aja mbak, n perbanyak shalat malam

  8. Selamat Pagi,Dila sayang………..
    tersenyum lagi ya nak…………..,
    biarlah yg sudah ya sudah , namun dgn menulis curhat disini,
    bunda berharap dila sudah hilang kesal nya ya…….
    lain kali hati2 kalau dijalan ya, memang jakarta ini kadang ibarat belantara liar.
    salam.

  9. kejahatan seseorang tidak selamanya hrs di bls kejahatan, ada kalanya kesabaran kita diuji oleh hal2 yg diluar prakiraan kita.
    tip saya kalo mendapatkan org seperti itu, berikan senyum sblm berkata Maaf atau Tidak.
    atau klo ada sebelmnya siapkan uang recehan,sebelum lagu yg mereka nyayikn selesai.Lalu berikanlah dg ikhlas pd mereka. Semoga dg uang yg kita berikn dpt memberi sedikit kesadaran.

  10. masyaAllah… kesabaran tidak ada untuk penindasan semacam ini. ini adalah pelecehan terhadap agama, bukan cuma ente, di zaman nabi ini dibalas dengan kematian bagi mereka…..

    grrrr

  11. Innalillahi…
    Saya ikut terhanyut dlm perasaanmu Dhila,reaksikemarahan yng manusiawi,wajar… apalagi diperuntukan demi harga diri, harga diri dari seorang muslimah yg baik spt Dhila,

    Mudah2an pengamen ABG yg kurang ajar itu diberi hidayah.
    dan Isya Allah umpatan kata “**J***!” secara refleks dan tanpa disadari.Insya Allah tidak akan terulang.

  12. Memang meresahkan ya sundal2 seperti mereka… Pikirannya sudah terbentuk dengan opini kalau hidup ini tidak adil. Mereka ingin semua orang memilik nasib yang sama, merasakan gelisah, ketidaknyamanan, dll. Untuk sampai ketujuan itu salah satu caranya dengan membuat keresahan pada setiap orang yang dijumpainya.

    Saya ikut prihatin dengan kejadian yang Dila alami….

  13. Baru kali ini baca tulisan Dhila yg kontennya marah-marah, bisa marah juga non? Hehe. Tulisannya bagus, naratif dan mengajak pembaca masuk kedalam cerita, seolah berada dalam kejadian yg Dhila alami. Kapan novelnya dirampungkan?

  14. Assalamu’alaikum,
    Sebagai manusia biasa, wajar, kalau kita marah. Terkadang dalam hidup ini, kita memang dihadapkan pada kenyataan yang tidak menyenangkan seperti yang mbak alami. Tapi percayalah, pasti ada hikmah dibalik semua kejadian. shalat dua rakat, adukan semua yang Mbak alami pada Allah dan menyerahkannya semua pada Allah, yang PASTI MAHA MENYAKSIKAN SEMUA KEJADIAN, InsyaAllah akan membawa ketenangan. Mungkin dengan adanya gangguan yang menimpa Mbak Dhila, Allah sedang menggugurkan dosa2 Mbak Dhila seperti gugurnya daun pohon (karena sebagai manusia biasa, kita tidak luput dari dosa) atau mungkin juga sebagai ujian kesabaran yang Allah berikan untuk Mbak Dhila. Rasulullah SAW bersabda : “Tak seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim). Sabar ya… Mbak Dhila sahabatku sayang… (Dewi Yana)

  15. kereen dil…saya seneng banget baca postingan dila yang ini! 😀

    pengamen yang kehilangan arah tuh, sok minta keadilan. tapi mungkin gak tau apa keadilan itu. sok nyanti moral bangsa, tapi moral sendiri gak diurus.

    salah siapa? ah…dasar sundal peradaban, urus saja moralmu! jadi ikut emosi! :mrgreen:

    *semoga saya gak gitu, sundal peradaban.

  16. weew dila.. sabar ya. adeuhh, beda banget postingan lo yg ini.. hehehe, gw sempet kebawa emosi juga lho pas bacanya.. keren buat postingannya, tp buat pengalamannya,, moga aja ga keulang lagi.. oke. 😉

  17. blog jd media yg efektif untuk ungkapkan isi hati.. mdh2n dhila ceria kembali setelah tuangkan kekesalannya. yakinlah, si pengamen td akan mendapatkan karmanya..
    tetap tersenyum dhil..gunakan energimu untuk berkarya.. 🙂

  18. ikut merasakan karena ini pelecehan, orang seperti mereka generasi buram bangsa ini yang gak ngerti etika dan kesopanan, tapi ikut berkoar meminta keadilan dan kesejateraan ekonomi itu hanay munafik semata ladang cari duit haram *ikutan geram*.

  19. sebelumnya, mohon maaf karena beberapa hari ini saya tak bisa online….

    saya juga tak akan rela jika ada orang lain yang menyakiti sahabat tersayang….ah, ingin ikut ngedumel nanti malah membuatmu kesal, ingin menghibur, kok orang kesusahan begitu malah dihibur…

    sepakat mba dengan kata-katamu, “mereka” menganggap diri mereka berjuang demi bangsa, tau apa mereka tentang perjuangan…

    jika mereka menyanyikan lagu2 seperti Darah Juang, Negeri-negeri, atau lagu2 seperti itu, berarti mereka mengotori lirik2nya mba…

  20. Sabar Sist…AKu juga jadi termakan emosi saat baca ceritamu di atas. Tapi ya memang begitulah kondisi bangsa kita. Mau menyalahkan siapa??? entahlah, semua seperti benang kusut yang sudah tak tahu lagi mana ujung dan mana pangkal…

    Yang penting tetap hati-hati yah kalau ketemu lagi pengamen seperti mereka, karena ini Jakarta sist, segala sesuatu bisa terjadi jika kita nekat sementara tak punya bekal bela diri…

  21. Sabar Dhil … Sabaaarrr …

    Hal seperti ini tak layak untuk mengisi ruang memory otak dan hati kamu …
    so …
    Dibuang aja ya Dhil ?
    Ok ?
    Janji ?

    Salam saya

  22. selamat pagi, mbak Dila

    anda sedang emosi,
    lalu blog ini jadi ajang pelampiasan.
    keren sekali.

    untung saja di kota saya, Malang, pengamennya nggak terlalu aneh aneh.

    terima kasih dan mohon maaf 😮

  23. batas moral makn tidak jelas memang, khususnya di perkotaan. lewat media yang semaikn terbuka, pengukuran moral semakin tidak jelas, terutama bagi golongan muda/remaja yang sedang mencari jatidiri. sayangnya sebagian remaja memilih jalan yang menawarakan ‘kesenangan’ instant. sudah banayk korban. ini adalah PR dakwah untuk menyentuh golongan yang sudah terlanjur merasakan dan melekatkan cara hidup ‘hedon’ dalam jalan hidupnya ke arah itu..

  24. Salam,
    yah dari sisi itu mereka salah Dhill tp di sisi lain mereka generasi frustrasi mgkn juga mrk ga ingin begitu keadaan yang memaksa, jadi salah siapa, oh ya gw punya tips, selalu bawa pisau lipat kecil di tas, korek api atau bubuk cabai, siapa tahu itu berguna, dulu waktu smu gw pernah nendang tukang ojeg gara2 dia colek2 maksa gw naik ojegnya dan gw puas banget, keknya tuh orang kapok he..he.

  25. saya sendiri sering melihat hal seperti itu terjadi hampir diseluruh bis kota tak terkecuali yg full ac. pengamen zaman reformasi ternyata banyak yg tak tahu makna reformasi…. hanya sedikit pengamen yg sadar diri dan punya komitmen kemanusiaan…. semoga mereka yg tak sopan mengamen segera sadar kembali kejalan yg benar…. amin

  26. sikap semacam itu tidak hanya dialami kaum wanita, tetapi juga pria. mereka dapat berbuat kasar kepada siapa saja. kita memang prihatin dengan kejadian itu. tapi inilah realitas yang ada.
    kalau boleh saya menyarankan, lebih berhati-hatilah. menyingkir agak menjauh atau berikan saja uang ala kadarnya guna menghindari hal yang tidak diinginkan.

  27. emang seh ada jenis pengamen yg hura-hura. Tapi sabar ya mbak, jangan berkata-kata kotor, emang ketidak adilan membuat mereka tertindas dan bahkan g ada yang memberi nasehat dan pencerahan bagi mereka. Kitalah yg kena dampaknya, anak-anak jalanan itu menganggap kita. org yg tenang terhadap lika-liku kehidupan yg edan ini. saya kayaknya pernah kayak gitu.

Tinggalkan Balasan ke adityahadi Batalkan balasan