Note: sebelumnya tulisan ini saya buat untuk memenuhi blog contest yang diadakan Dinda Watson bersama rekan-rekannya. Bagi yang mau tau info soal contestnya, silahkan klik disini.
***
Ketika itu saya kembali bertemu dengan kakek tukang sayur favorit saya. Saya menghampiri beliau dengan senyum terurai.
“Assalamu’alaikum, Pak.” Sapa saya menghampirinya.
“Wa’alaikum salam. Siapa ya?” Tanya pak Sugeng (nama tukang sayur itu) keheranan. Sementara saya tersenyum. Ah, wajarlah jika saya memang terlupakan dalam ingatan tukang sayur berwajah teduh itu. Saya memang hampir tidak pernah menyambangi pasar apalagi sejak sibuk dengan tugas akhir kuliah, saya sudah tidak lagi indekos di area sekitar kampus. Lagipula saya tak ingin diingat, mendapat senyuman dan wejangan kakek tua itu saja sudah cukup membuat saya senang luar biasa.
“Saya Dila, Pak. Dulu pernah wawancara bapak sama teman saya.”
“Oh iya-iya. Gimana kabarnya? Sekarang sibuk apa?”
“Sekarang udah lulus pak. Bentar lagi mau wisuda.” Jawab saya tanpa melepas senyum. Ketika saya menyambangi warung sayurnya ketika itu saya memang tengah menanti hari wisuda saya.
“Ooh. Sukses ya. Semoga… ” Kakek tukang sayur itu langsung melanjutkan doa dan harapannya untuk saya. Wah, jelas saya senang mendengar ini. Ya Rabb, moga apa yang didoakan tukang sayur itu, terkabulkan oleh-Mu. Amin!
Sederhana dan taat. Itulah yang membuat saya tertarik dengan kakek tukang sayur itu. setiap kali melewati warung sayurnya di waktu sholat, saya selalu mendapatkan potongan kardus bertuliskan ‘SEDANG SHOLAT’ dengan sayur-sayuran yang dibiarkan begitu saja. Sementara tukang dagang lainnya tidak semua seperti kakek tua ini.
Akhirnya setelah saya mengamatinya selama beberapa hari, saya pun mewawancarai dirinya. sebelumnya sih minta bantuan teman baik untuk mau jadi reporternya. Kalo tidak begini kan saya jadi tidak tau kisah hidup lelaki tua itu.
Namanya Muhammad Sugeng, berusia sekitar 60 tahun. Ia mengaku telah lama berjualan sayur di area BBS dekat komplek dosen UIN Ciputat. Ada banyak hal yang dikisahkannya, namun semua kisah tersebut mengacu hanya kepada satu kesimpulan yakni: percaya dan yakin kepada Tuhan. Karena jika tangan Tuhan sudah berkuasa, tidak ada hal yang menjadi tidak mungkin.
Sebagai tukang sayur tentu wajar jika ia memiliki uang yang pas-pasan untuk menafkahi keluarganya. Namun hebatnya kakek Sugeng ini, meski hanya punya uang pas-pasan, namun tidak dengan cita-cita dan harapannya. Ia hidup dengan mimpi dan jiwa yang besar. Berbagai ujian yang dihadapinya dihadapi dengan sabar dan bijak. Suatu ketika istrinya melahirkan anak pertama, namun sayang ketika itu ia harus dihadapkan dua pilihan sulit. Bidan memberi tahu bahwa ia harus memilih anak pertama atau istrinya yang diselamatkan. Goncangan batinnya kala itu memaksa ia harus tetap tenang. Akhirnya ia pun lebih memilih istrinya yang diselamatkan dengan harapan istri tercintanya itu bisa melahirkan buah hati yang berikutnya nanti. Walhasil, sekarang ia memiliki 3 buah hati yang, alhamdulillah, sukses. Dua menjadi bidan dan satu lagi menjadi arsitek. Luar biasa. Butuh usaha yang keras dan ibadah yang kuat dalam membesarkan anak yang sukses.
Satu lagi cita-cita mulia yang sekarang ini telah terwujud. Ia bercerita jika sebelum menikah dulu, ia ingin sekali memiliki rumah yang bersebelahan atau berhadapan atau setidaknya berdekatan dengan masjid. Teman-teman tahu rumahnya saat ini seperti apa? Ia tidak tinggal di rumah yang besar. Lingkungan rumahnya hanyalah sebuah gang kecil yang terdiri atas kos-kosan dan kontrakan mahasiswa. Namun teman-teman, jiwa dan mimpinya yang mulia mampu menjadikan rumah kecil itu begitu indah.
Ketika ia berhasil membeli sebidang tanah dan membangun rumah di atasnya, ia berpikir sejenak. Tentang rumahnya yang telah jadi dan anggapan dirinya tentang rumah itu yang terlalu besar. Sekali lagi saya katakan, rumah itu tidak lebih dari tipe 21 di sebuah perumahan. Namun saat itu ia sangat berkeinginan membagi bidang rumahnya untuk didirikan sebuah masjid kecil di lingkungannya. Ia pun berdiskusi dengan istri tercintanya. Dan alhamdulillah, keinginannya di-iya-kan oleh istrinya. Maka dengan begitu ia pun langsung mendirikan masjid kecil tepat disamping rumahnya. Masjid yang berada satu pagar dengan rumahnya. Masjid yang tidak tampak seperti masjid karena kecilnya ruangan namun selalu ramai dikunjungi oleh para tetangga dan mahasiswa yang ada di lingkungannya. Ketika saya tanya, “Berarti Masjid itu milik Bapak?” Kakek Sugeng menjawab dengan arif, “Bukan, masjid itu sudah saya wakafkan untuk lingkungan rumah saya”
Saya pun menatap beliau penuh haru. Luar biasa pribadi kakek ini. tanpa sadar ia sudah mampu membuktikan bahwa tidak ada yang mungkin di dunia ini. Sebesar apapun cita-cita kita, jika kita berusaha sepenuh hati dengan ikhlas maka hasilnya akan terwujud dengan sempurna sesuai dengan apa yang kita usahakan.
Ketika itu ia bilang, “hidup ini harus punya prinsip dan harus ikhlas, karena hanya dengan keikhlasan hidup kita yang sulit akan menjadi mudah.” Dan dia berpesan kepada kami agar menjadi generasi muda yang memiliki pegangan kuat dan pandangan yang luas serta jangan cepat menyerah.
hmmm..sebuah pengalaman yang bagus untuk membuat kita lebih berpikir,bahwa semua yang kita lakukan bila dilakukan dengan niat dan ketulusan akan membuahkan hasil seperti yang kita inginkan…apalagi tanpa pernah melupakan bahwa semua yang kita peroleh adalah rejeki dari ALLAH SWT..
dan juga semangat bapak muhammad wajib kita acungi jempol,karena beliau tidak pernah putus asa menghadapi kemelut kehidupannya..beliau dengan ikhlas dan sabar menerima semuanya…
cheers ~_^
yaa.. saya sangat mengagumi tukang sayur itu. 🙂
pertamaaaaaaaxxxxxxxzzzzzz
aji terharu membacanya…..
wow.
Saya juga jadi mau mewakafkan masjid
amiin. semoga impianmu tercapai yah geulist. 😉
hehehe amieeeeeeeeennnnnnnn
Assalamu’alaikum wr. wb.
Kisah nyata yg inspiratif… andai para pamong negeri ini seperti penjual sayur itu…
maaf baru bisa berkunjung, atas nama pribadi dan keluarga sy mohon maaf lahir bathin atas semua komentar maupun tulisan yang mungkin secara tidak sengaja membuat Anda kurang berkenan… selamat menjalankan ibadah puasa, semoga ramadhan tahun ini menjadi sebuah momentum yg tepat untuk kita memperbaiki segala kekurangan selama ini… semoga ramadhan ini membawa berkah untuk kita semua… amin…
salam,
Saka dan Keluarga
sama2 kang saka. moga keberkahan meliputi kita smua. amin. 😉
Vote untuk bapak Muhammad, melalui tulisan ini tergambar jelas bahwa sikapnya perlu diteladani oleh semua orang. Sikap yang sederhana, tidak ngeyel, iklas, juga dermawan.
Vote untuk Dila, mudah-mudahan kontesnya menang… 😉
Selamat berpuasa ya…
haha… kita bersaing secara sehat kan kang. 🙂
selamat berpuasa juga. 🙂
lah kok bersaing?… saya ga ikutan nenk, dukung diLa aja 1000%… 😛
lho, bukannya kang cas mau ikutan lomba ini juga yah. hoho berarti daku salah mengira. oke.. makasih dukungannya.
wits mantab
wits jugaa.. hoho..
satu lagi pelajaran kehidupan dapat saya petik dari cerita di atas.
semuanya klo mmg hanya digantungkan kepada gusti Allah semata, Dia akan memberikan yg terbaik bagi umatnya.
masjid itu salah satu investasi terbaik milik pak Sugeng untuk bekal hidup di akherat kelak.
thanks dhil, sudah menyajikan artikel yg mencerahkan batin saya.
sama-sama, Gus. saya pun sampai sekarang masih terharu dengan jalan hidup pak Sugeng yang full hikmah. saya berharap saya bisa mengikuti jejak kebaikannya. amin. 🙂
guru sejati sebenarnya banyak disekeliling kita.. hanya saja mata hati kita sering buta.. bravo buat dhila yang jeli.. selalu membuka matahati ya dila cay, terimakasih sudah berbagi.. *dhila guru bagi bundo..
sama-sama bundo. ah, bundo pun guru bagi dila. 😉
Betapa mulianya hati bapak itu ya.Semoga Allah menerima amal ibadahnya dan membalasnya dengan lebih baik.
Salam hangat dari Surabaya.
amiinn, semoga doá pakde terkabul ya.
salam hangat kembali 😉
saya juga pengen dil didoain ama si bapak!hhhee…
*selamat ramadhan, maaf lahir batin dil.. 🙂
didoain sama saya ajah deh, fan. hayo, anjeun mau di-doakeun naon?? hoho…
Tukang sayur…
korban kapitalisme pertanian
hmm…
wah…toph deh dhila! iya nih aq jd pengen mampir ke BBS palingan bapaknya bingung…koq jd bnyk ank UIN yg nyamperin dy ya??? 😀
hehe… nanti kita mampir bareng, fin. sama genk adab 2004, lia-reny-cici-wiwit. hoho. tapi jangan asal mampir ajah. beli sayurnya sekalian juga… hohoh
salam hangat dan sukses selalu
salam sukses dan hangat selalu juga. 🙂
Saya yakin masih banyak orang seperti pak sugeng ini …
Inspiring story …
BTW …
BBS keknya deket-deket sini aja nih …
deket baso Solikhin atau Toko Buku Batubara nggak ya ?
hehehe
betul-betul-betul (gaya ipin ngomong :mrgreen:). memang banyak org seperti itu di sekitar kita.
btw, bakso Solichin yg mana sih om? bakso pak kumis gendut yah maksudnya. yaudah aku kasih unjuk warung sayur kakek sugeng dari TB. Batu Bara ajah yah. itu lho, sejejeran sama TB Batu Bara. tepatnya ada di jejeran samping kanannya, om. samping TB Batu Bara kan tukang es kelapa yah. samping tukang es kelapa ada warung potokopi. samping warung potokopi, ada Bakso Rusuk, nahh jejeran samping itu kan ada warung makan dan warung sayur tuh. mencolok banget kok soalnya ada di pinggir jalan. 🙂
Got It …
Aku tau keknya tempatnya …
eniwei sudah baca postingan saya yang ini belum ??
Ini TKP nya juga dideket-deket situ …
hehehe (bilang aja mau promosi …)
siiip. siap mampirrr… 🙂
maap Mbak …
ternyata Dhila sudah pernah kesanaaaa …
hehehe
kalo gitu yang ini aja deh … (lha promosi lagi)
(maap ya Mbak ..)
siap mampir lagiii…
Butuh kerendahhatian untuk lebih bermakna dalam hidup dan belajar dari orang lain. Hidup sederhana, kerja keras, dan hati yang tulus. Semoga kita termasuk orang yang bisa seperti itu.
NB:
eh, jeng dila, mau diajak Yu Darmi ke pasar, buat belanja buka puasa 😀
betul, Den. ya, moga kita termasuk orang yang seperti itu. 🙂
Yu Darmi tuh sapa, Den?? kenalan dulu dunk sebelum diajak ke pasar. heheh
weleh. jarang ada kakek begitu 🙂
gak usah mau nyumbang masjid. kadang ada orang minta duit 1000-2000 ngasihnya sambil melotot!
keren y tu kake’. itu fotonya y ka’? waktu muda pasti ganteng tu 😀
ya.. jarang ditemukan orang seperti itu. tapi sebenarnya banyak, bi. iya, aku juga sering tuh disamperin pengemis (kakek2) yg minta uang dan klo gak dikasih ngedumelnya panjang bgt dan bikin gak enak ati. 🙂
*betul itu fotonya. iyah, ganteng.
Sungguh satu contoh teladan buat generasi2 penerus,..kadang susah mendapatkan penerus yg bisa mencontoh keteladanan yg sudah terbentuk ya..
Salam..
betul, pak.
salam kembali.
Great story…, Salam kenal 🙂
wow… thx. salam kenal kembali.
Kesederhaan memang mengandung makna yang sangat dalam, itulah mengapa Nabi Besar Muhammad SAW junjungan jika juga orang yang sangat sederhana. Kesederhanaan meneduhkan jiwa, menentramkan hati, menjauhkan orang dari perasaan dengki dan iri. Subhannallah….
Saya datang dengan segala kerelaan memohon maaf dan ampunan jika saya selama ini agak jarang berkunjung, sekalian saya juga mohon keiklasan Dilla memaafkan jika ada kata dan tulisan yang tidak mengenakkan hati. Selamat menjalankan ibadah ramadhan, semoga Allah melapangkan jalan untuk kita, agar Ramadhan yang penuh berkat dan ampunan ini menjadi “milik” kita seutuhnya. Amin.
hmm… sungguh meresap kata2nya, pak. ya, mari kita sama2 memaafkan.
Semoga Dilla dapat mengikuti jejak Bapak yang sederhana dan mulia itu. Sebuah pengalaman empiris yang penuh makna. OOT, Selamat Menjalan Puasa.
ya, amin. dan semoga tak hanya dila saja. juga semua generasi muda muslim. 🙂
jangan pernah memandang dari mana mutiara itu keluar, tetapi pandanglah seberapa berharganya mutiara itu.
great words…. *suka dan sangat setuju dgn pendapatnya* 🙂
Banyak pelajaran yang didapat dari beliau… Sungguh menjadi teladan bagi kita semua… Terima kasih sudah berbagi Mbak Dhila…
ya, betul pak adit. trims kembali. 🙂
pengalaman adalah guru sejati,
hidup sederhana adalah hidup yang didambakan
betul, pak. 🙂
Assalamu’alaikum,
Subhaanalllah, belajar memang dapat dari siapa saja dan dari mana saja. Keikhlasan Pak Sugeng, patut kita contoh, karena memang benar apa yg dikatakannya, bahwa hidup ini harus punya prinsip dan harus ikhlas, karena hanya dengan keikhlasan hidup kita yang sulit akan menjadi mudah.
(Dewi Yana)
waálaikumussalam.
ya betul, mba dew. 😉
Wah, jeng dilla mengisahkan bapak’e yang tukang sayur lagi ya. meski sebagian dah pernah baca,tapi tetep menggugah ceritanya.
selamat sahur ya jeng. 🙂
-kunjungan pas prjalanan balik ke tempat kerja-
iya om kojeng. ini versi yg telah direvisi. tak ada salahnya diceritakan kembali kan? betul kata om, selalu menggugah critanya. 😉
beuhhh, dalem dalem. sungguh sosok bapak tukang sayur yang begitu bijak. dalam kesederhanaannya beliau masih mampu mewakafkan sebidang tanahnya untuk rumah ibadah…
*kagum*
*kagum juga*
subhanallah..ternyata kesederhanaan itu masih ada yah…
bukan sekadar hal yang utopis, dalam kesederhanaan masih bisa berbagi…
terima kasih atas pencerahannya mba, salam juga untuk pak Sugeng…
ya, sederhana itu masih ada dan masih bertahan meski diancam punah. *semoga saya bisa ketemu pak sugeng dan bisa menyampaikan salamnya* 🙂
subhaanallah.. sangat tulus.. arti sebuah harapan dan doa.. JFS
iya, pak.
hadiirrr…..
siang siang memanfaatkan waktu luang mengunjungi sahabat…, siapa tahu ada pelangi baru yang dapat mencerahkan hariku….
wow… rruuaarrr biaassaaa….. sebuah pelajaran hidup…. hhmmm… guru yang sempurna untuk belajar tentang hidup….
cu….
🙂
subhanallah
iya pak 🙂
wuih, keren gan. pengen ikutan lomba juga nih… haha
wuih juga. yup, silahkan klo mw ikutan. 😉
Ini kisah nyata ya Dila ?
Seandainya saja para petinggi punya kesederhanaan yg sama dgn bpk. tukang sayur , mungkin negeri ini akan berbeda ya Dila.
Salam.
iya bun… kisah nyata se-nyata-nyata-nya. sampai sekarang warung pak sugeng masih berdiri di sana dan beliau masih berjualan sayur di warungnya itu. bunda mampir deh. ramah bgt orangnya. 😉
__memang benar adil gusti allah…__
___guru yang plg bijaksana memang dari pengalaman ia ka dila??__
__nothing imposiblenya semoga menjadi yg terbaik__
_________________semangat_________________
iya, bri. makasih harapannya. moga saja terlaksana. amiin. 🙂
semangat juga!
haddiiirrr….
malam2 mengunjungi sahabat… hhmm… ada kopi hangatkah untukku…????
ngopi mulu nih maunya. ngeteh aja napa. 🙂
Ternyata banyak “pejuang” kehidupan di antara kita!
Selamat menunaikan ibadah puasa, ya!
iya betul, om celse. sama2, met puasa juga.
lumayan kan ya hadiahnya domain .com ?? 😀
iya
hidup itu terkadang sulit, namun dibalik kesulitan itu terdapat satu hikmah yang luar biasa besar, jika manusia bersabar akan kesulitan itu, niscaya Allah akan mempermudah kesulitan itu, dan Allah tidak akan memberikan kesulitan jika hambanya tidak sanggup dengan kesulitan tersebut!!! allahu……akbar, itulah indahnya Islam…….alhamdulillah
betul pak. 😉
Romadhan menggetarkan Jiwa2 yang Haus akan Cinta Kasih Allah, sementara Kasih Sayang Allah tiada terbatas. Semoga Menjadi Berkah untuk Semua Saudara2ku Wabil Khusus mBake Dhila yang saya Hormati dan Kasihi.
MOHON MA’AF LAHIR & BATHIN DARI KALIAN SEMUANYA…..semoga terbuka untukku sekeluarga.
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabat Sahabatku terchayaaaaaank
I Love U fullllllllllllllllllllllllllllllll
😉 😈 🙄 😳 😆 💡 👿 😥 ➡ 😀 ❓ 😐 😡 😮 😛 😀 😕 😦 ❗ 😯 8)
sama2 kang boed. maafin dila juga dan moga berkah utk kang boed dan keluarga. amin. 😉
ehm artikel yg sangat bagus sekali memberikan kita begitu banyak pelajaran hidup.
ikhlas dan percaya bahwa semua yang ada didunia ini hanyalah titipan saja.
mamapir ya mba…
betul pak batjoe. 😉
nanti aku mampir juga ya… klo waktunya agak luang. 🙂
buka puasa pake apa nih bos?
air putih cukup, bos. 🙂
Absen kunjungan jeng dhilla… 🙂
Selamat menunggu ditabuhnya bedug maghrib ya jeng.
Salam, 🙂
siip, udah dicatet absennya om.
waaaa.. kekenyangan sehabis berbuka puasa… sambil nunggu azan isya, blogwalking dulu.. singgah disini, baca postingan ini, komen disini…
ckckck… si bapak emang mantaap.. salut daah… semoga pak sugeng diberkahi oleh Allah dan murah rezeki.. amiin..
salam hangat buat mba’ Dhila…
🙂
amiiinnn.
salam hangat kembali. 😉
Para Sahabat mari kita gunakan momentum PUASA RAMADHAN ini untuk mempersatukan RASA.. membentuk satu keluarga besar dalam persaudaraan ber dasarkan CINTA DAMAI DAN KASIH SAYANG.. menghampiri DIA.. menjadikan ALLAH sebagai SANG MAHA RAJA dalam diri.. menata diri.. meraih Fitrah Diri dalam Jiwa Tenang ..
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabat Sahabatku terchayaaaaaank
I Love U fullllllllllllllllllllllllllllllll
salam kembali kangboed
subhanallah benar-benar inspiring story
sungguh seorang kakek yang begitu ikhlas menjalani kehidupan yang di anugerahkan Allah SWT.
Semoga kita generasi muda dan para mahasiswa harus melecut diri kita karena terkadang karena kita sudah terbiasa hidup dalam kemudahan dan semua fasilitasnya kita sering tak pandai syukur.
Mari menjadi generasi pandai syukur !!!
betul pak. mari menjadi generasi yang pandai syukur
__kalo dapet domain.com kira2 buat apa ka dilla??__
____briblm ngerti dan lagi coba mengerti ka dilla____
__selamat berpuasa yg ke 13bsk hari..semangaat..ciiat__
untuk apa ya? hmm… yang jelas untuk sesuatu yang berguna, bri. aku punya beberapa rencana jika dapet [dot]com nanti. apa tuh rencananya?? ada deeh… nanti bri juga tau. makasih udah mau mencoba mengerti aku ya *halah!* hoho…
selamat berpuasa juga bri… hari ke-13 lho nih. sama kayak nama blogku.
luar biasa, manusia sebesar apapun kedudukannya di muka bumi ini
belum tentu di hadapan Allah lebih baik dari bapak itu
dagangan di biarkan saja, lalu pergi sholat, sungguh kepasrahan rizky hanya datang dari-Nya
cek tkp
http://www.yordaniac.co.cc
iya pak. 🙂
Ping balik: 18 SWEET TOUCHES BY THE GIRLS « The Ordinary Trainer writes …
Satu perhatian hati nurani yang memberikan pelajaran
bukan tukang sayur biasa.. luar biasa.. ceritanya mampu menyemangati saya.. 😀 terimakasih sudah mewawancarai bapak yang luar biasa itu.. 😀
Many thanks for engaging the time to make this writeup. I really loved going through it. I can understand your opinion and of similar thinking with a lot of what you spoke about with few differences. I suppose we must agree to disagree no? I look forward to your next thoughts and I will be back for a new stop by to check for new work on the site. Much grattitude once again and enjoy a wonderful day.