mata

Kehidupan tanpa mata tentu tidak indah. Maka, bersyukurlah bagi kalian yang masih diberi penglihatan hingga saat ini. Sebuah kisah yang mungkin saja membuat miris bagi orang-orang yang punya hati, akan saya ceritakan di sini.

Saya punya dua adik perempuan kecil yang masih balita (masing-masing 3 dan 5 tahun). Sebut saja Hilma dan Lulu sebagai namanya. Kehidupannya ceria dan sampai sekarang pun ceria. Meski bagi Hilma (5) penglihatannya tak lagi indah –hanya sebelah mata yang mampu melihat—. Ya, dia buta sebelah sejak kecil. Matanya menutup sebelah secara otomatis. Bukan tanpa sebab kelainan atau abnormal lain dia seperti itu, melainkan karena kecelakaan tak terduga akibat kecerobohan.

Waktu itu bulan November 2007. Hilma yang sudah sekolah di TK tiba-tiba malas sekolah dan hanya ingin bermain di rumah bersama adiknya Lulu. Akhirnya, ya sudah dia tidak sekolah, dan bermain bersama adik dan ditemani seorang pengurus rumah tangga. Sampai peristiwa itu datang, dua adik saya itu bertengkar dan salah satu dari mereka memegang lidi dan menusuk mata sebelah kanan Hilma yang ketika itu menjadi korban. Sontak dia menangis keras dan matanya memerah. Dia kesakitan, tiap malam bangun dari tidurnya karena sakit yang amat.

Kami sekeluarga sejak pertama ia terkena infeksi, langsung melarikan Hilma ke klinik. Namun tanpa ada perubahan dan dilanjutkan dari satu RSUD ke RSUD lain. Hingga menjalani operasi untuk membersihkan pendarahan dan nanah yang berada di dalam korneanya. Ia sempat pulang dan kembali ke rumah sakit dua bulan kemudian. Namun di rumah sakit ia hanya sempat dirawat beberapa hari karena memang ada perintah untuk pulang ke rumah. Hal ini disebabkan mata kanannya memang sudah tidak berfungsi. Sedih tak terkira memang—namun apalah daya sebagai manusia. Hanya pasrah yang boleh dilakukan setelah bermujahadah. Saat ini, kami menunggu ia besar untuk menjalankan operasi donor mata. Semoga usaha kami dimudahkan—amin!

Tinggalkan komentar