Sebuah Negara dalam Kampus

Note: tulisan ini saya sengaja posting di tengah hiruk pikuk pemilu negeri ini. semoga nyambung dengan postingannya. Jaya Negeri dan Bangsaku! 🙂

IMG_0400

kampanye salah satu partai kampus

Beberapa waktu lalu saya bertanya soal kapan PEMIRA (Pemilihan Umum Raya) akan kembali dilangsungkan di kampus pada adik kelas. Dia menjawab dengan ragu, “katanya sih Agustus, kak. Tapi kayaknya gak akan mungkin juga deh.” Saya pun mengangguk paham. Saya mencoba mengerti (lebih tepatnya sok tau) dengan keadaan sospol (sosial politik) kampus yang carut marut, tidak beda jauh dengan keadaan politik negeri ini. Di kampus kami pengadaan pemilu untuk BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dan DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) baik tingkat jurusan, fakultas dan universitas memang tidak pernah tepat waktu alias selalu molor. Seharusnya kampanye dan pemilu raya sudah diadakan bulan Juni, namun sampai awal Juli pun belum ada tanda-tanda persiapan pembentukkan KPU dan panitia pengawas pemilu. Sementara beberapa partai mahasiswa sudah tampak menyiapkan diri untuk pertarungan berikutnya. Ah entah kenapa mulanya PEMIRA bisa tidak tepat waktu begini. Padahal dulu ketika saya pertama kali mengenal dunia politik di kampus (2005), pemilu dilakukan setiap bulan Juni. Namun pada PEMIRA berikutnya (2006), entah apa sebabnya di-molorkan hingga dilangsungkan pada bulan September. Dan PEMIRA 2008 kemarin menjadi lebih molor lagi yakni dilangsungkan pada dua bulan terakhir di akhir tahun. Lalu kapan nih PEMIRA tahun ini ya??

PC010012

suasana TPS di salah satu fakultas

Begitulah kampus kami yang mengusung student government sebagai bentuk kebebasan berpolitik bagi mahasiswanya. Banyak yang bilang bahwa student government yang kami miliki persis seperti dengan miniatur NKRI. Mungkin begitu juga dengan kampus lain yang juga mengusung student government sebagai jalurnya. Student government alias pemerintahan mahasiswa memiliki sistem yang cukup rumit juga. Ya, persislah seperti Negara. Ada partai mahasiswa (kampus) yang berfungsi sebagai afiliasi politik bagi para mahasiswa. Di kampus kami setidaknya ada 6 partai kampus. Dan dari 6 partai inilah visi-misi, calon legislative dan executive digulirkan dan ditawarkan. Ada kampanye dll, biasalah persis kayak sistem demokrasi Indonesia. Bagi mahasiswa yang suka politik atau terlanjur terekrut dan aktif di perpolitikan kampus, pastinya getol dalam mempromosikan partainya. Bagi mahasiswa yang lebih aktif di UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) biasanya berpikir lebih netral walaupun terkadang ada juga anggota UKM yang menjadi anggota partai kampus. Tapi disinilah fungsinya UKM, khususnya UKM yang spesifik kepada media kampus, mereka menjadi monitor bagi perpolitikan kampus. Bagi mahasiswa yang SO (study oriented) atau bahkan yang apatis (kupu-kupu alias kuliah pulang 2x) pastinya menjadi target empuk bagi para politikus kampus.

PC010038

suasana TPS di salah satu fakultas (dibalik bilik suara)

Bahkan pengalaman saya nih (ketika tingkat 1, kebetulan memang ketika itu masih hot-hotnya berpolitik) hanya karena berbeda partai politik, teman sekelas pun bisa jadi musuh. Saya merasakan suasana yang cukup panas dan alot di kelas ketika tengah musim kampanye dan pemira tiba. Ketika itu banyak teman yang bilang, “beda partai udah kayak beda agama”. :mrgreen: Ya, mau tak mau itulah yang harus diakui bersama. Segala cara bisa ditempuh Cuma karena ingin memenangkan kampus. Tapi bagi saya, ini bukan hanya sekedar berbicara tentang kekuasaan. Namun kita berbicara tentang ide-ide kita dalam membangun kampus lebih baik. Buat saya mahasiswa jangan hanya menuntut kepada kampus, tapi lakukan yang terbaik apa yang bisa kita lakukan. Dan itulah salah satu alasan kenapa saya ikut berpartisipasi dalam politik kampus, setidaknya mau menjadi tim logistik kampanye dan bahkan diusung menjadi calon presiden di fakultas. Karena saya ingin berbagi ide untuk kampus saya yang lebih baik. Atau mungkin saya yang terlalu idealis? Ya-ya mungkin saja.

Sebuah Negara dalam kampus, tentu saja merupakan program yang cukup baik bagi perkembangan sense mahasiswa dalam kebebasan berpolitik. Jadi, isu untuk pembubaran student government di kampus kami, moga tidak menjadi nyata. Walaupun sebenarnya untuk belajar berorganisasi tidak harus melalui sistem student government. Oke kepada seluruh aktivis mahasiswa, tetap semangat! Jangan mengabaikan kuliah demi organisasi atau sospol. Dan jangan juga terlalu apatis sehingga mematikan kebebasan berorganisasi dalam hati. Karena sesungguhnya itu pun kebutuhan kita sebagai mahasiswa.

Lebih lanjut untuk artikel tips menjadi mahasiswa yang cerdas dan aktif, lihat disini.

Lebih lanjut untuk artikel-artikel lama saya tentang politik kampus UIN Syahid, lihat list berikut:

44 thoughts on “Sebuah Negara dalam Kampus

  1. Semangat mahasiswa adalah semangat negara. Ingat tahun ’98 tampuk kepemimpinan 32 tahun Soeharto tumbang oleh desakan Mahasiswa. Dari produk PEMIRA-PEMIRA inilah biasanya akan lahir pemimpin negara. Mudah-mudahan Dila diantaranya… 😀 yah !

    • amin… pemimpin negara tidak harus jadi presiden. saya lebih excited jadi ibu dan istri yg baik. juga guru dan tetangga yang baik. juga penulis yang baik, yang bisa berbagi melalui buku yang akan diterbitkan penerbit besar dan best seller. semua orang akan terinspirasi dengan buku itu. tetapi kalo memang saya ditakdirkan jadi presiden, siapa yang menolak. memang sudah jalannya begitu. hohoooooo….

      • Hehehe… sama ajah nenk… ujung-ujungnya pengen jadi presiden… cita-cita saya waktu kecil.. sekarang udah engga lagi, makin kesini makin apatis dengan namanya politik… biarlah saya mah jadi kuli, memberikan andil pada negeri, walau kecil tapi pasti…

      • @bang rudi: wah, bersahaja sekali, hanya ingin jadi kuli. tapi jangan sampai jadi kuli di negeri sendiri, meaning, kita terbudakkan oleh asing. ga mau kan? jadi apapun kita, entah kuli atau raja, yang penting jiwa kita satu untuk bangsa kita.

      • Walah… Mau gantiin megawati ya? Sebagai capres paling cantik? He.he.

  2. panas bgt yah suasananya,,, hehehehe

    tetep idealis yah.. biar nanti ketika turun ke masyarakat tidak terpengaruh dg lingkungan yg banyak gak benernya :mrgreen:

  3. sebenernya agak gmn gitu waktu masuk uin dan ada pemilu (apalagi kampanye) segala.. bagus sih (mhsw belajar berpolitik).. tp kok kenapa pas libur, males dateng (dan sampe skg blom pernah ikut pemira) 😀

  4. Ini menarik.. buat kebanyakan kita, kampus adalah laboratorium tempat kita bereksperimen sebelum kita terjun ke masyarakat betulan.

    Tapi sayangnya, kebanyakan juga yang setelah lulus menganggap kampus sekedar panggung hegemoni yang disediakan negara buat menancapkan kuasanya.

    Artinya kalau kegiatan kita gak cocok sama kegiatan pemerintah, gampang aja diberangus, contohnya ya lewat pembungkaman student goverment itu yang udah lazim sejak angkatan 66.

    Tapi hari ini, aku coba ngajak kamu tuk melihat kampus sebagai panopticon, Dhil.. siapa tahu kita bisa cari cara tuk menyelamatkan adik2 kita dari jaring laba-laba mematikan ini..

  5. wah wah … politik cenderung memecah-belah ya? tapi ada kesenian untuk menyatukan dalam bingkai toleransi dan apresiasi (doooh aku ngomong kayak orang gila)

Tinggalkan komentar